
Kendari, Inilahsultra.com- Alumni pertanian yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di Sultra cukup banyak. Tapi kebanyakan enggan kembali ke masyarakat untuk jadi petani.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Prof Dr Ir M Tufaila MP menilai, salah satu penyebab alumnus pertanian enggan menjadi petani karena faktor gengsi.
“Menganggap petani itu tidak bagus. Cenderung kotor. Makanya banyak alumni yang gengsi untuk kembali ke masyarakat menjadi petani,” ungkap Tufaila dalam acara forum jurnalis Sultra, Rabu, 12 April 2017, di Swiss-Belhotel Kendari.
Dia mengaku, selama menjadi dosen, selalu mengingatkan kepada mahasiswanya untuk menerapkan ilmu pengetahun yang diperoleh di bangku kuliah.
“Saya jadi dekan, saya minta mereka untuk buka lahan di belakang kampus. Sekarang banyak tanaman yang tumbuh dan sudah dipanen,” katanya.
Selain meminta mahasiswanya untuk bertani, dia juga tidak mau gengsi dengan statusnya sebagai pejabat kampus. Tufaila ikut membuka lahan di luar Kota Kendari untuk menanam sayur mayur.
“Saya tanam cabai dan ternyata hasilnya menjanjikan. Dalam satu bulan saya bisa dapat Rp 6 juta. Coba bayangkan, saya jalan sendiri menjualnya di pedagang gorengan,” paparnya.
Dia menilai aneh bila ada alumni pertanian harus menganggur. Padahal, tanah di Sultra sangat subur terlebih lagi masih banyak lahan yang kosong.
“Tidak ada ruginya jadi petani. Kalau ada yang menganggur, itu sangat aneh juga,” ujarnya.
Di Indonesia, kata dia, hampir setiap saat bisa bercocok tanam. Berbeda dengan negara Korea, yang waktunya bertani tergantung musimnya. Namun anehnya, Korea malah surplus beras dibandingkan dengan Indonesia.
“Untuk itu, dalam mewujudkan pembangunan pedesaan melalui smart village, perlu dukungan semua pihak. Yang paling utama adalah dukungan pemerintah,” tuturnya.
Reporter: La Ode Pandi Sartiman
Editor: Rido