Kisah Heroik Tentara dan Warga Sultra Mengusir Penjajah Belanda

Aksi teatrikal anggota Korem 143 Haluoleo, Kamis, 17 Agustus 2017.


Kendari, Inilahsultra.com – Tentara dan rakyat Sulawesi Tenggara menunjukkan perlawanan yang gigih terhadap kehadiran penjajah Belanda di Sultra.

Mereka mampu melumpuhkan tentara Belanda yang bersenjata lengkap dengan senjata tradisional.

-Advertisement-

Awalnya, kehidupan warga begitu damai dan tenang. Aktivitas jual beli berlangsung aman.

Petani tenang mencangkul kebunnya, nelayan nyaman menangkap ikan, pedagang aman menjual dagangannya.

Seluruh masyarakat dari latarbelakang pekerjaan yang berbeda, tampak girang saat mereka bersua dalam satu tempat.

Begitu pula anak-anak kecil. Mereka bermain kegirangan di halaman Kantor Gubernur Sultra.

Tiba-tiba, kebahagiaan mereka terusik dengan kehadiran penjajah Belanda. Dengan mengenakan pakaian loreng, menenteng senjata, datang menghambur puluhan warga pribumi yang tengah berbahagia.

Beberapa warga mengalami luka-luka akibat hantaman laras, gagang senjata dan bogem mentah (pukulan) tentara Belanda. Warga lalu berlarian terbirit-birit mengamankan diri.

Usai merudapaksa kehidupan warga pribumi, puluhan tentara Belanda ini bersuka ria. Mereka menancapkan bendera Merah Putih Biru, sebagai bentuk penguasaan atas tanah Indonesia.

Tak lama berselang, beberapa kepala suku dan tentara Indonesia mencoba melakukan mediasi untuk menghentikan penjajahan yang dilakukan Belanda.

Namun, pasukan Belanda abai. Mereka tetap ingin menjajah Bumi Anoa. Bahkan, tiga tentara ditembak di tempat hingga tersungkur.

Suasana menjadi riuh, beberapa perempuan yang turut mendampingi para mediator, air matanya langsung tumpah. Mereka tak kuasa melihat tiga tentara nasional tertembus timah panas.

Beberapa petugas kesehatan datang melakukan evakuasi dan mencoba menyelamatkan nyawa tiga tentara nasional itu.

Melihat pria pribumi lumpuh dan lainnya lari terbirit-birit, mereka menyandera kaum perempuan.

Para pasukan Belanda malah memaksa kaum perempuan untuk menuruti kemauan mereka. Kaum perempuan diminta untuk menjadi bartender atau menyiapkan minuman keras.

Dua perempuan itu terpaksa melayani kemauan puluhan serdadu itu. Karena euforia yang berlebihan, puluhan serdadu larut dalam minuman beralkohol. Mereka sampai tertidur di tanah.

Kelengahan para pasukan Belanda ini dimanfaatkan oleh para tentara Indonesia untuk melakukan serangan balik. Bermodalkan bambu runcing, senjata tajam dan senjata api hasil rampasan, Rakyat bersama tentara nasional mengepung para penjajah.

Mereka menembak dan menangkap satu persatu para penjajah. Mereka menyobek warna biru bendera Belanda dan menancapnya di depan Kantor Gubernur Sultra.

Rakyat menang. Penjajah ditumpas.

Peristiwa ini adalah bagian dari cerita perjalanan drama teatrikal yang dilakukan oleh warga dan anggota TNI dari Komando Resor Militer (Korem) 143 Haluoleo Kendari dalam rangkaian HUT RI ke 72, Kamis 17 Agustus 2017.

Teatrikal kolosal ini ditampilkan setelah pengibaran sang saka merah putih dalam menyambut HUT RI ke-71 di Kantor Gubernur Sultra.

Teatrikal yang diperagakan ini mengundang decak kagum para undangan. Plt Gubernur Sultra HM Saleh Lasata bertepuk tangan.

Meski hanya teatrikal, beberapa penonton juga larut dengan mata berkaca-kaca karena membayangkan susahnya merebut kemerdekaan.

“Salut. Saya merinding,” ujar seorang penonton.

Peliput: La Ode Pandi Sartiman

Facebook Comments