
Oleh: Julman Hijrah, SH
Dewan Pembina Lepidak-Sultra
Di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-72 tahun 2017, tentunya sangat bersyukur sebagai generasi yang telah menikmati hasil perjuangan para pendahulu.
Namun dilihat dari sisi lain kemerdekaan secara luas belum dirasakan oleh rakyat Indonesia khususnya di daerah-daerah lain termasuk Buton Utara.
Terlepas dari seremonial yang dilaksanan di hari peringatannya dalam melanjutkan perjuangan pendahulu, tentunya harus dibarengi dengan keinginan untuk membangun. Baik membangun sumber daya manusia, maupun membangun infrastruktur.
Beberapa pokok permasaalahan bangsa yang benar-benar sangat urgen yakni infrastruktur penunjang perekonomian rakyat diantaranya listrik dan jalan.
Khususnya di Buton Utara menjadi masalah berkepanjangan akibat parahnya kerusakan jalan berkepanjangan dan demikian juga listrik.
Di usianya yang ke-72 NKRI dan Buton Utara yang ke-10, listrik tidak pernah normal bahkan masih ada desa-desa yang belum menikmati listrik negara.
Sekarang kita memikirkan solusi pertama jalan kerusakan paling parah terjadi di sepanjang jalan provinsi yg ada di wilayah ini.
Hanya ada 2 cara jika Pemprov tidak ingin menganggarkan perbaikan secara paten dalam hal ini diaspal maka harus diturunkan statusnya menjadi jalan kabupaten.
Sehingga Pemda Butur tidak dapat beralasan lagi untuk mengatakan bukan kewenangannya atau bisa di naikan statusnya menjadi jalan negara sehingga menjadi kewenangan pusat.
Kemudian tentang listrik pemerintah daerah tidak boleh lagi mendiamkan, karena infrastruktur dasar penunjang perekonomian rakyat adalah kelistrikan.
Selain itu, maka pemerintah Buton Utara harus juga berupaya melobi pihak investor untuk mendapatkan membantu persoalan listrik, sehingga daerah ini dapat berkembang sejajar dengan daerah lain di Sulawesi Tenggara.
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar untuk mencapai kemerdekaan secara universal, oleh karenanya sudah menjadi tanggung jawab pemerintah
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, sekarang ini kita merdeka hanya terbebas dari perang fisik dengan para penjajah namun suasa kebatinan rakyat belum terbebas. (***)