Cerita Rauf saat Nyawa Anaknya Direnggut Obat PCC

Abdul Rauf Hamzah menerima anggota DPR RI Ridwan Bae saat berkunjung di rumahnya. 

Kendari, Inilahsultra.com – Masih ada sisa kesedihan yang menyelimuti keluarga Abdul Rauf Hamzah (50). Obat berbahaya jenis PCC telah merenggut nyawa putranya Reksi (21), Kamis 14 September 2017 lalu.

Ditemui di kediamannya, Kelurahan Watuwatu Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari, Minggu 17 September 2017, suasana duka masih menyelimut kediamannya.

-Advertisement-

Selembar tenda biru masih melintang di depan rumahnya, sebagai tanda keluarga sedang berduka.

Begitu pula di dalam rumah. Sisa ritual pemulasaran jenazah anak keduanya belum diamankan. Kasur dengan bantal dan Alquran di atasnya, masih terlentang di ruang tamu berukuran 3×4 itu.

Kebetulan, saat itu rumah Rauf didatangi oleh anggota DPR RI asal dapil Sultra Ridwan Bae. Kepada politikus Partai Golkar ini, Rauf menceritakan tentang putranya sebelum nyawanya direnggut obat PCC.

Meski baru dua hari mengebumikan putranya, Rauf terlihat tegar saat menjawab beberapa pertanyaan jurnalis.

Dia mengisahkan kembali putranya Reksi yang dikabarkan meninggal di laut, tak jauh dari kediamannya.

Rauf mengaku, sekira pukul 19.30 Wita, dua putranya Reksi dan Rafli (17) meminta izin kepada ibunya untuk keluar rumah.

Namun, sekira pukul 23.00 Wita, dia mendapatkan kabar dari tetangga bahwa anaknya (Reksi) sudah berprilaku tidak normal.

Mendapatkan kabar itu, Rauf mencoba mencarinya. Bukannya mendapatkan Reksi, warga malah membawa anaknya Rafli ke rumah dengan kondisi yang sudah tidak sadarkan diri.

“Berselang sejam, adiknya (Rafli) dibawa oleh warga ke rumah. Dia sudah tidak normal,” ungkap Rauf.

Melihat kondisi anak keempatnya itu sudah terlihat seperti “zombi”, Rauf mencoba melakukan penanganan dengan meminumkan air kelapa dan susu. Setelah itu, dia membawa Rafli ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kendari malam itu juga.

Sisa kakanya, Reksi. Hingga malam dan besoknya, anak keduanya itu belum diketahui keberadaannya. Kabarnya, Reksi pergi ke laut, dekat kediamannya.

“Ada tetangga langsung hubungi SAR untuk dicari,” jelasnya.

Pencarian terhadap Reksi dilakukan oleh SAR semalam suntuk. Hingga akhirnya, jenazah almarhum ditemukan tertelungkup di Teluk Kendari dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

“Sekitar jam setengah 6 subuh ditemukan pada Kamis 14 September,” imbuhnya.

Sebagai seorang ayah, Rauf tentu terpukul. Satu dari dua putranya meregang nyawa karena obat berbahaya.

Dia mengaku, tidak pernah mengetahui kalau anaknya mengkonsumsi barang berbahaya itu.

“Saya walauhalam. Katanya adiknya, yang dikasi terakhir ktu keras sekali,” tuturnya.

Dia berharap, kasus peredaran obat berbahaya ini segera diputus oleh aparat kepolisian. Dia juga Pemerintah Kota Kendari lebih proaktif menyikapi kasus ini.

“Harapan saya pemda kota, seharusnya dicegah. Kenyataan mumbul sudah tahunan tapi tidak ada yang bergerak. Apakah menutup mata pihak berwajib atau tidak, saya tidak tahu,” katanya.

Kasus ini menjadi pelajaran bagi Rauf. Rencananya, minggu depan akan merehabilitasi anaknya di BNN.

“Saya rehab di BNN. Tapi sejauh ini tidak ada juga BNN yang muncul. Pemerintah kota juga tidak ada. Supaya kita cegah bersama ini masalah,” pungkasnya.

Penulis : La Ode Pandi Sartiman

Facebook Comments