Ciuman Terakhir Nur Alam untuk Ibundanya

Nur Alam bersimpuh sambil mencium pusara almarhumah ibundanya. 


Kendari, Inilahsultra.com – Mata Nur Alam begitu sembab saat menyaksikan langsung jasad ibunya yang telah dibungkus kain kafan.

Satu kecupan terakhir mendarat di wajah ibunya. Nur Alam sedih. Tak kuasa membendung air matanya di hadapan jasad ibunya.

-Advertisement-

“Tadi pas tiba langsung mencium ibunya,” ungkap Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Pemprov Sultra Kusnadi ditemui di rumah duka.

Raut wajah sedih Nur Alam sudah mulai terlihat saat turun dari mobil di rumah duka sekira pukul 10.30 Wita di Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sabtu 14 Oktober 2017.

Di tengah jepitan para pelayat di pintu masuk halaman rumah duka, Nur Alam masih melempar senyum meski kelihatan pahit.

Pahit telah kehilangan satu sosok yang sangat berharga. Ibunya Hj Siti Fatimah. Yang telah membesarkannya. Yang menyusuinya hingga menembus puncak karir prestisius, menjadi Gubernur Sultra dua periode.

Nur Alam adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Dia juga adalah anak yang selalu tak berada di dekat kedua orangtuanya saat menghembuskan nafas terakhir.

Sekitar 20 tahun silam,ayahnya Isruddin Lanay (almarhum) meninggal dunia 26 Februari 1982 di saat Nur Alam tengah duduk di bangku kelas 3 SMP.

Sayangnya, kepergian terakhir almarhum, tanpa ada Nur Alam di sisinya. Gubernur Sultra dua periode itu tengah mengikuti Jambore Pramuka tingkat nasional di Cibubur.

“Saat itu, dia tidak riki juga bapaknya meninggal dan penguburannya,” ungkap keluarga yang ditemui di rumah duka.

Sama seperti ibundanya, Nur Alam juga tak dapat menyaksikan langsung ibu yang melahirkannya menghembuskan nafas terakhir.

Nur Alam sementara menjalani kasus hukum dan ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Rumah Tahanan Guntur POM AL.

Sebagai penghormatan terakhirnya, Nur Alam turut menyalatkan ibunya di masjid terdekat. Selain itu, dia juga turun langsung mengebumikan ibunya di peristrahatan terakhir.

Hj Sitti Fatimah kelahiran Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan pada Tahun 1923. Almarhumah meninggal di usia 94 tahun.

Almarhumah meninggalkan enam orang anak (satu anaknya bernama Yusuf meninggal dunia lebih dulu), 33 cucu, 41 cicit dan dua orang cangga.

Penulis: La Ode Pandi Sartiman
Editor  : Jumaddin Arif

Facebook Comments