
Kendari, Inilahsultra.com-Pertumbuhan ekonomi di Sultra didorong oleh sektor pertambangan. Tambang masih jadi penyokong ekonomi di Sultra dengan nilai 78,9 persen.
Demikian diungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sultra, Minot Purwahono dalam rapat koordinasi evaluasi dan pengendalian pembangunan antara Provinsi dan kabupaten/kota se Sulawesi Tenggara Semester II Tahun 2017, Selasa, 12 Desember 2017.
“Pertumbuhan ekonomi di Sultra bisa tinggi karena salah satu motor penggeraknya adalah sektor pertambangan, ekonomi Sultra masih tergantung di sektor pertambangan dengan nilai 78,9 persen,” katanya.
Kondisi ekonomi sampai dengan triwulan tiga 2017 tumbuh diatas nasional. Jika dilihat sejak triwulan satu sampai dengan triwulan tiga senantiasa diatas nasional sampai dengan 7 persen dibanding nasional yang hanya 5 persen.
“Ini berdampak terhadap angka kemiskiman di sultra dimana angka kemiskiman tinggi 12 persen sementara pengangguran diatas 5 persen,” ucapnya.
Meskipun ekonomi di Sultra tinggi tetapi tidak mengurangi angka kemiskinan. Sebabnya, jelas dia kalau pertumbuhan ekonomi tinggi kemudian pertumbuhan inflasi tidak terkendali secara tidak langsung tidak akan menambah kesejahteraan kepada masyarakat.
Kemudian, penyumbang pertumbuhan ekonomi juga disektor pertanian yang memberikan dampak terhadap tenaga kerja yang cukup besar mencapai 38,9 persen, da sektor pertambangan sumbangannya mencapai 19 persen.
“Tetapi tenaga kerja yang terserap hanya dua persen dan dampaknya angka kemiskinan tidak berkurang secara signifikan karena yang menikmati hanya dua persen beda dengan pertanian yang terlibat sampai 38,9 persen,” terangnya.
Dia menambahkan, penyumbang inflasi sampai dengan semester II itu adalah perairan yang kaya dengan potensi ikan. Karena ikan merupakan penyumbang inflasi sampai dengan satu persen.
Reporter : Haerun
Editor : Aso