Menjadi Kontestan Liga Dangdut, Begini Kondisi Rumah dan Keluarga Susi

Susi (kedua dari kiri) berpose bersama keluarganya di halaman rumahnya.

Andoolo, Inilahsultra.com – Seni olah vokal Susiyanti memang kadang menggetarkan hati setiap orang mendengarnya. Suaranya yang berkarakter mengantarkannya pada pertarungan adu vokal di kontes Liga Dangdut (LIDA) Indonesia yang diselenggarakan oleh Indosiar.

Susi –panggilan– Susiyanti, menjadi salah satu dari lima peserta LIDA Indonesia mewakili Sulawesi Tenggara. Sesuai jadwal, kelimanya akan tampil live di Indosiar pada 27 Februari 2018, pukul 19.00 WIB.

Dibalik suaranya yang menggetarkan hati, ternyata Susi juga menyimpan sepenggal kisah hidup yang tak kalah menggetarkan jiwa. Setiap orang pasti akan terharu jika berkunjung dan melihat langsung kondisi rumah dan kehidupan keluarga Susi, khususnya keseharian kedua orangtuanya.

-Advertisement-

Pada Minggu, 18 Februari 2018, jurnalis Inilahsultra.com mencoba menyambangi kediaman Susi di Desa Lalonggombu, Kecamatan Lainea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Jaraknya sekitar 100 kilometer dari Kota Kendari, ibukota provinsi Sultra, dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat ataupun roda dua dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam.

Tidak seperti yang dibayangkan, rumah Susi ternyata bukan di pinggir jalan poros, namun harus masuk menyusuri jalan berbatu tak beraspal. Persisnya sekitar satu kilometer dari jalan poros.

Rumahnya pun sangat sederhana. Dinding papan, atap seng, dan berlantaikan tanah, tanpa polesan semen, apalagi tegel. Ukuran rumahnya tak begitu luas untuk menampung satu kepala keluarga dan istri bersama lima anak.

Susi adalah anak ketiga dari pasangan Tamsir dan Sarna. Kedua orangtuanya sehari-hari bekerja sebagai pembuat atap rumbia. Daun pohon sagu sebagai bahan utama dalam membuat atap, yang diambil di dalam hutan, berjarak sekitar satu kilometer dari perkampungan.

Pekerjaan ini terpaksa mereka lakoni demi memenuhi tuntutan hidup, untuk sekedar mempertahankan agar asap di dapur tetap mengepul, serta membiayai anak-anak yang masih sekolah.

“Yah, kita mau kerja apa lagi. Hanya ini yang bisa menghasilkan,” kata Sarna, ibu Susi, yang sudah lama menekuni pekerjaan membuat atap, dibandingkan suaminya, Tamsir, yang kadang-kadang turun melaut.

Atap hasil kerja mereka dijual murah Rp 1.500 per lembar kepada pengepul yang datang dari daerah seberang, Pulau Muna. Demi tanggung jawab terhadap anak-anak, Tamsir dan Sarna yang sudah mulai beranjak tua mampu memproduksi atap dengan nilai ekonomi lebih dari cukup.

Tanpa menyebutkan penghasilan sebulan, namun hasil jerih payah dari keterampilan membuat atap bisa menghidupi keluarga. Apalagi dibantu dengan Susi dari pekerjaan menjadi penyanyi elekton yang mengisi acara hiburan dari pesta ke pesta.

Kedua orang tua Susi sedang bekerja membuat atap yang terbuat dari daun pohon sagu dalam bangsal miliknya.

Aktivitas bernyanyi Susi yang digeluti sejak SMP sangat membantu kedua orang tua untuk membiayai sekolahnya. Bahkan selama mengenyam pendidikan di SMAS Al-Hijrah Konsel pun, Susi tidak pernah merengek kepada orang tuanya untuk setiap urusan pembayaran di sekolah.

“Selama ikut elekton menyanyi, Susi cukup membantu. Dia boleh dibilang hampir tidak pernah minta uang sekolah, karena dia bisa tanggung dirinya sendiri dari menyanyi,” kenang Tamsir.

Menurut Tamsir, keinginan Susi untuk melanjut pendidikan ke tingkat lebih tinggi memang ada. Namun apa hendak dikata, kemampuan ekonomi keluarga yang serba terbatas memaksa Susi untuk berhenti sampai tamat SMA saja.

“Sebenarnya, Susi ingin sekali lanjut kuliah. Tapi saya bilang sama dia, saya tidak bisa biayai kamu untuk lanjut kuliah. Saya menyerah. Biaya kuliah sekarang tidak murah. Apalagi di Unhalu,” kata Tamsir polos.

Berbagai prestasi yang diraihnya tidak dapat membantunya untuk dijadikan pertimbangan agar bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi seperti anak-anak berprestasi lainnya yang disokong melalui jalur beasiswa.

Padahal, Susi sewaktu masih di bangku sekolah berhasil mengharumkan nama daerah, baik di tingkat nasional maupun di tingkat provinsi.

Pasalnya, Susi pernah mengantarkan Sultra di peringkat 10 dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) melalui cabang olahraga lari dan lompat jangkit.

Susi menunjukkan medali dan trofi yang pernah diraihnya saat mengikuti berbagai lomba.

Selain itu, Susi juga pernah mencatatkan sejarah sebagai peraih medali perak pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2011, dalam cabang lompat jangkit.

Kemudian masih dalam momen yang sama, Susi berhasil memperoleh medali perunggu dalam cabang lari. Kedua prestasi tersebut dipersembahkan atas nama daerah dimana dia dilahirkan; Konawe Selatan.

Bukan saja di cabang olahraga, Susi juga pernah dinobatkan sebagai juara tiga dalam festival dangdut se Sulawesi Tenggara.

Semua prestasi yang diukirnya hanyalah menjadi catatan sejarah yang indah untuk dikenang dan sulit untuk dilupakan. Piala dan trofi dari prestasi itu tetap disimpannya dengan baik dalam kamar mungilnya berdinding papan.

Susi tetaplah Susi yang mau tidak mau, rela tidak rela, harus menerima takdirnya untuk menjadi penyanyi elekton, dan menguburkan impiannya untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi.

“Kami sangat senang dia bisa lolos di Liga Dangdut. Mudah-mudahan saja kalau bagus rejekinya, dia bisa terpilih menjadi duta dangdut Sulawesi Tenggara diantara empat temannya,” harap Tamsir diamini Sarna.

Karena itu, kedua orang tua Susi berharap dukungan SMS dari keluarga, kerabat, dan masyarakat Sulawesi Tenggara secara umum agar Susi bisa lolos ke tahap selanjutnya.

Pada kesempatan itu juga, kedua orangtua Susi sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungannya, baik dari masyarakat biasa maupun dari pejabat.

Seperti diketahui, Susi mendapat dukungan full dari Bupati dan Wakil Bupati Konsel, Surunuddin dan Arsalim. Selain itu mantan Bupati Konsel Imran juga turut mendukung Susi. Terbaru, Kapolres Konsel AKBP Hamka Mappaita SH sudah terang-terangan mengarahkan jajarannya untuk mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya buat Susi.

Selain dukungan SMS, gadis kelahiran 5 April 1997 ini juga mendapat dukungan moril dari pejabat-pejabat lain. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya undangan menyanyi di berbagai kegiatan. Seperti, kegiatan ekspose 10 tahun kepemimpinan Nur Alam-Saleh Lasata, reuni akbar SMA Muhammadiyah Kendari, serta mengisi kegiatan sosialisasi para calon gubernur Sulawesi Tenggara.

Penulis: Jumaddin Arif

 

Facebook Comments