Susi LIDA Indonesia Bersimpuh, Orangtuanya Menangis Haru

Susi bersimpuh mencium kaki ibunya sesaat sebelum take off menuju Jakarta, Jumat 23 Februari 2018.

Kendari, Inilahsultra.com – Tidak seperti biasanya, Jumat siang tadi, koridor Bandara Udara (Bandara) Haluoleo Kendari, mengharu biru. Di salah satu sudut bandara, tampak seorang gadis menangis tanpa suara.

Gadis berwajah sendu itu adalah Susi. Peserta LIDA Indonesia asal Sulawesi Tenggara yang sebentar lagi akan berkompetisi dengan kompetitornya di Jakarta.

Di hadapannya berdiri seorang wanita paruh baya dengan raut wajah sedih bercampur bahagia. Ia adalah Sarna, ibunda Susi, perempuan desa sederhana yang selama ini telah banyak memberikan dukungan terhadap minat Susi yang sejak kecil sudah hobi berdendang.

-Advertisement-

Di balik lipitan keriput wajahnya, tampak jelas ia begitu bahagia. Sama sekali ia tak pernah bermimpi, mendapat kabar baik dari capaian buah hatinya di bidang tarik suara.

Lebih-lebih dengan kondisi ekonomi yang sulit, mustahil menurutnya sang anak bisa mendapat apresiasi dari kemampuannya mengolah vokal.

Namun, Allah SWT sudah berkehendak, dan putrinya Susi sudah menapaki satu anak tangga menuju impiannya.

Susi menyalami ibunya. Ia memeluk, mencium dan bersimpuh di kaki sang ibu. Air matanya tumpah membasahi kaki renta wanita yang selama ini menjadi motivator hidupnya. Ia berbisik lirih, ” Mah, doakan saya nah“. Mendengar permintaan buah hatinya, Sarna tak kuat menahan pilu, matanya berkaca-kaca.

Suasana haru semakin menjadi saat Susi beralih memeluk erat ayahnya. Lelaki tangguh yang selama ini tak kenal lelah berjuang menafkahi keluarganya. Bermodal semangat dan keuletan jemarinya, ia bersama sang istri mampu menganyam daun rumbia menjadikannya atap.

Suasana dramatis itu sama sekali bukan by design. Adalah permohonan restu seorang anak yang sadar betul bahwa doa orang tua sangat penting dalam mendukung langkah seorang anak menggapai impiannya.

Susi, pada Jumat siang tadi, 22 Februari 2018, bertolak ke Jakarta untuk mengikuti konser nominasi LIDA Indonesia-Sulawesi Tenggara. Pemilik nama lengkap Susiyanti ini tak sendiri, tapi bersama empat kompetitornya, masing-masing; Sasmita, Chatarina, Sri Munarani, dan Mahnut La Unsu.

Sebelum panggilan kepada penumpang pesawat terdengar, Susi juga menyempatkan diri menyalami saudara dan keluarganya yang ikut menyertainya ke bandara.

Ia memeluk mereka satu persatu tak luput meminta doa restu. Ekspresi sedih terpancar dari wajah mereka. Mata berkaca-kaca. Suasana haru menyelimuti keberangkatan Susi.

“Waduh, sedih juga ya..!!” timpal Taufik, salah satu keluarga Susi yang turut mengantarnya.

Belum tuntas mengadu haru, panggilan dari petugas Bandara terdengar, meminta tim LIDA Indonesia perwakilan Sultra untuk masuk ruang tunggu Bandara, bersiap-siap take off. Susi bergegas masuk terlebih dahulu, diikuti empat rekannya yang lain.

Pada Selasa malam 27 Februari 2018 nanti, kelimanya akan tampil di konser nominasi LIDA Indonesia, memperebutkan satu tiket menuju babak selanjutnya, dimana di babak tersebut masing-masing perwakilan daerah diadu untuk melahirkan finalis terbaik. Tentunya, berdasarkan polling SMS yang masuk.

Seperti diberitakan sebelum-sebelumnya, Susi adalah penyanyi elekton keliling asal Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Anak ketiga dari pasangan Tamsir dan Sarna itu memberanikan diri untuk mengadu nasib melalui ajang LIDA Indonesia, demi sebuah harapan, yaitu ingin membahagiakan kedua orang tuanya yang selama ini telah bersusah payah membanting tulang memenuhi kebutuhan keluarga, dengan cara membuat atap rumbia di kampung halaman, Desa Lalonggombu.

Atap hasil buatan kedua orang tuanya dijual dengan harga Rp 1.500 per lembar kepada pengepul asal daerah seberang, Kabupaten Muna. Hasilnya tidak seberapa, hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Selain itu, Susi ingin mengharumkan nama daerahnya Sulawesi Tenggara dalam ajang lomba tarik suara, Liga Dangdut Indonesia.

Penulis: Jumaddin Arif

Facebook Comments