
Wa Halima (80), yang sedang duduk di dekat pintu sambil mengintip keluar nampak bingung ketika beberapa orang berbaju putih hitam menyambangi kediaman mungilnya, Rabu 21 Maret 2018.
Laporan : Muhammad Yasir, Baubau
Kediaman mungilnya yang sangat jauh dari kata layak yang terletak di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi Kota Baubau itu kedatangan tamu dari perwakilan Kemensos RI dan Dinas Sosial Baubau.
Kedatangan mereka bukan sekedar bertamu. Wa Halima yang tadinya bingung, langsung tersenyum sumringah ketika melihat seorang gadis bernama Desi yang merupakan pegawai Dinsos Baubau.
Wanita yang dua kali menjanda karena didahului suami menghadap Sang Illahi itu pun langsung keluar dan duduk ditangga rumahnya.
Namun, tiba-tiba Wa Halima menutup mukanya. Rupanya, dia menyadari kalau dirinya sedang di foto oleh beberapa orang wartawan.
“Bholi foto-foto (jangan foto-foto),” katanya menggunakan bahasa daerah Wolio sambil tersipu malu.
Dirumah yang tidak layak itu, Wa Halima tidak tinggal sendiri. Bersama anaknya, Wa Jiha (43), Wa Halima tinggal dirumah yang atapnya sering dijatuhi buah kelapa.

Untuk keperluan sehari-hari, Wa Halima hanya mengharapkan bantuan dari para tetangganya. Pasalnya, Wa Jiha (43) hanya bisa duduk diam dan tidak bisa mengenali siapa-siapa karena menderita cacat sejak kecil.
“Sejak kecil dia cacat, dia hanya duduk saja tidak bisa berdiri. Matanya juga dikena penyakit mata kucing karena putih seperti mata kucing,” ujar Zahmin kemenakan Wa Halima, yang juga sepupu Wa Jiha.
Bukan hanya Wa Jiha, Wa Halima juga ternyata mempunyai penyakit. Wanita lanjut usia (Lansia) ini menderita sedikit gangguan jiwa. Kadang Wa Halima berperilaku seperti manusia normal pada umumnya, kadang juga bersikap tidak normal dan sesekali mengamuk.
“Hari ini kalian termasuk beruntung karena dia lagi sehat. Biasanya dia sering mengamuk. Lihat saja atap rumahnya, selain rusak karena kelapa, rusak karena ditusuk-tusuk pake kayu. Pernah kita kasih masukkan balon lampu supaya ada penerangan, dia tusuk juga dan pecah. Akhirnya aliran listrik kita putuskan karena berbahaya,” kisahnya.
Parahnya lagi, kedua Lansia yang sama-sama tidak sehat itu sudah tidak terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Baubau. Data kependudukannya di hapus karena dianggap gila.
“Dulu sempat ada, tetapi terhapus. Sekarang kita usulkan kembali karena penerima PKH itu kan harus punya identitas,” kata Lurah Kampeonaho La Ode Zainuddin.
Bantuan yang diterima Wa Halima dan Wa Hija merupakan bantuan langsung dari Kemensos RI. Keberadaan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Baubau guna mengawal bantuan tersebut telah sampai ketangan orang yang tepat.
“Kalau Lansia terlantar atau Disabilitas berat itu nominal bantuannya sebesar Rp 2 juta pertahun. Pencairannya pun dibagi empat tahap, pertahapnya Rp 500 ribu. Selain itu, ada juga bantuan beras sejahtera (Rastra) untuk tiga bulan kedepan,” tutur Kadis Sosial Baubau, La Ode Zulkifli. (***)