Kendari, Inilahsultra.com– Semarak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Sulawesi Tenggara (Sultra) ke- 54 yang dipusatkan di area pelataran Tugu Religi Sultra, menyedot ribuan pengunjung. Setelah pembukaan, Senin, 23 April 2018, malam, masyarakat langsung disuguhkan dengan karnaval budaya tenunan adat, Senin, 24 April 2018.
Para peserta dari 17 kabupaten/kota mengenakan pakaian daerah dengan berbagai bentuk dan corak. Semua kostum yang digunakan bahan dasarnya adalah kain tenun khas daerah masing-masing. Peserta karnaval begitu menawan berjalan di tengah keramaian pengunjung dengan lintasan yang sudah ditentukan pihak panitia.
Tak terkecuali Kabupaten Buton Utara (Butur). Daerah otoritas Abu Hasan itu mengusung tema karnaval, Putri Wakawondu. Tema tersebut seiring dengan visi misi pemerintahan Abu Hasan-Ramadio sebagai kabupaten organik.
Kontingen karnaval Butur sebanyak 150 orang, penanggung jawab ketua tim penggerak PKK Butur, Siti Rabiah Abu Hasan, dengan pimpinan kontingen Kadis Pariwisata Butur, Harlin Hari. Busana kontingen diindentikan pakaian petani dengan corak tenunan Butur.
Bupati Butur Abu Hasan melalui Kabag Protokoler, Kerjasama dan Komunikasi Publik, Sadikin menjelaskan, Butur merupakan kabupaten yang subur tanahnya berbatu dan berbukit. Kondisi itu menjadikan Butur sebagai daerah potensial untuk tanaman padi organik.
“Padi organik sangat populer yang dikembangkan ialah beras Wakawondu karena memiliki ciri khas berbau, buahnya berwarna merah tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit,” katanya.
Oleh karena itu, sambung dia pada even ini Butur tetap menonjolkan pembagunan derah disektor pertanian dengan menampilkan ikon putri Wakawondu dengan pakaian sentuhan tenunan Kasopa Giu-giu sebagai bentuk kearifan lokal budaya dan tradisi Butur.
Putri wakawondu sendiri diangkat dari dua nama yang tak terpisahkan. Putri artinya sosok perempuan yang bermartabat Butur. Sedangkan, Wakawondu adalah spesies padi yang unggul.
Reporter : Armawan
Editor : Aso