
Laworo, Inilahsultra.com – Salah satu tukang pekerjaan pembangunan lapak pasar di Desa Guali Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat (Mubar) mengancam akan membongkar lapak tersebut karena tak kunjung dibayarkan upahnya.
Selain itu, ia juga akan melaporkan kontraktor proyek ke penegak hukum.
Haerudin, salah satu tukang mengatakan, pekerjaan proyek lapak pembangunan pasar di Guali sebagian upah kerja dan beberapa bahan bangunan belum terbayarkan oleh kontraktor.
Kata dia, yang belum dibayarkan adalah sisa upah kerja sebesar Rp 16 juta. Selain itu, ganti rugi bahan bangunan yang diambil di beberapa toko hampir Rp 100 juta belum dilunasi.
“Sisa ongkos kerja yang belum dibayarkan itu Rp 16 juta sedangkan bahan bangunan yang diambil di salah satu toko La Mada di Desa Sidamangura Rp 36.080.000 juga belum dilunasi. Belum lagi bahan bangunan yang diambil di toko Afifa di Guali sebanyak Rp 2.238.000 juga belum dilunasi,” keluh Haerudin saat ditemui jurnalis Inilahsultra.com di Guali Jumat 25 Januari 2019.
Ia menyebut, pekerjaan lapak pembangunan pasar raya di Desa Guali ada tiga unit. Setiap satu unit lapak, dihargai dari kontraktor sebesar Rp 130 juta.
Dari Rp 130 juta itu, harga ongkos kerja (HOK) kepala tukang termasuk pekerja sebanyak 20 persen.
“Jadi mereka (kepala tukang) dapat Rp 26 juta. Untuk semua bahan bangunan kita yang drop di tiga unit lapak itu .Jadi untuk HOK kita masih ada Rp 16 juta yang belum dibayarkan. Karena 10 jutanya kita sudah ambilkan panjar,” ungkapnya
“Jadi untuk semua bahan yang belum dibayar oleh kontraktor itu termaksud dengan gaji buruh sebanyak Rp 93 juta,” bebernya.
Ia mengaku, pekerjaan sudah selesai dari pertengahan bulan November tahun 2018 lalu. Namun, pihak kontraktor sampai hari ini belum ada kabar.
“Capek mi juga kita cari-cari ini kontraktor. Sampai sekarang kita belum temukan. Kita berusaha juga cari di rumahnya dan beberapa keluarganya tapi tidak ada. Sengaja mungkin ini dia (kontraktor) mau lari-larikan kita. Kita hubungi juga tidak pernah aktif nomornya,” keluhnya.
Haerudin melanjutkan, hal yang ikut dipusingkan adalah upah kerja anak buahnya. Pasalnya dari enam orang anggotanya selalu mengeluh minta gaji.
Terpaksa sebagai kepala tukang, harus mengeluarkan uang pribadi untuk membayar gaji burunya meskipun tidak seluruhnya.
“Saya tidak enak juga selalu datang mengeluh. Macam-macam keluhanya, ada yang mau lunasi motornya ada juga yang mau berangkat merantau,” ungkap Haerudin.
Ia juga mengungkapkan keanehan dalam pengerjaan proyek ini. Suatu waktu, pengawas pekerjaan lapak pasar yang dipercayakan oleh kontraktor, malah meminjam uang ke dirinya saat kekurangan anggaran untuk pengadaan bahan bangunan.
“Saya kasi pinjam 4 juta itu hari sama pengawas, katanya nanti diganti,”
Ia menuturkan, jika tidak ada lagi informasi dari kontraktor, dirinya akan menempuh jalur hukum dan akan bongkar kembali pekerjaan lapak pasar tersebut.
“Saya akan lapor polisi dan tidak akan segan-segan membokar kembali pekerjaan lapak pasar yang sudah kita kerja kalau kontraktornya tidak muncul sampai dalam waktu tujuh hari ke depan,” tegasnya.
Anggaran pengerjaan tiga unit pembangunan lapak pasar itu, melekat di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Mubar sebesar Rp 900 juta.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Mubar Burhanuddin mengaku sudah pernah mendengar keluhan tukang tersebut.
“Sebenrnya saya sudah dengar dari dua hari yang lalu tapi kontraktornya tidak bisa dihibungi. Kita juga sudah mencari keluarganya yang ada di Mubar tapi sampai saat ini belum ada infomasi yang jelas,” katanya.
Kontraktor pengerjaan proyek ini sebut dia bernama Fajar.
“Kontraktor tersebut tidak berdomisili di Mubar. Saya berjanji akan mencari solusi yang tepat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.
“Secepatnya, kita akan cari solusi, jangan sampai terjadi hal yang tidak di inginkan. Karena kalau ada tindakan pembongkaran ini bisa menjadi fatal bagi masyarakat kita karena mereka akan berhadapan lagi dengan hukum,” pungkasnya.
Penulis : Muh Nur Alim