Di Matombura Dana Desa Dialokasikan Pembukaan Kebun 150 Hektare untuk Warga

Pembukaan lahan perkebunan untuk warga di Desa Matombura Kabupaten Muna. (Foto Iman Supa)

Raha, Inilahsultra.com – Bila desa lain memilih mengalokasikan dana desa untuk kepentingan pembangunan infrastruktur, di Desa Matombura Kecamatan Bone Kabupaten Muna memilih mengalokasikan dananya untuk pembukaan lahan kebun sekitar 150 hektare.

Pada tahun ini, Desa Matombura keciprat Rp 1,2 miliar dari dana desa. Sebagian besar dana ini diprioritaskan untuk program pemberdayaan masyarakat berupa pembukaan lahan perkebunan.

Kades Matombura Alias, Senin 25 Februari 2019 mengatakan, pembukaan lahan untuk warga direncanakan membutuhkan anggaran Rp 800 juta.

-Advertisement-

Menurutnya, dipilihnya pembukaan lahan perkebunan karena mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.

“Kebanyakan program menyentuh langsung ke masyarakat, diantaranya program pembukaan kebun kolektif 150 hektare hingga memberikan bantuan pemagaran, bantuan tangki, hingga peralatan lain dalam menunjang keberhasilan menanam jagung kuning,” ungkapnya.

Program ini, lanjut dia, sudah dimasukan dalam APBDes yang diawali dengan rapat bersama antara masyarakat dan beberapa lembaga desa.

“Masyarakat sangat menginginkan pembukaan lahan, hal ini juga membantu perekonomian Muna,” jelasnya.

Selain pertanian, lanjut Alias, program kedua yang didanai adalah di bidang peternakan. Mulai dari pemberian bantuan sapi hingga bantuan kandang.

Kades Matombura

“Kalau masih ada sisa anggaran akan melakukan penggalian sumur bor pada masyarakat yang tidak mampu,” tururnya.

Alias menuturkan, jika program unggulan ini berhasil, maka tidak ada lagi masyarakat yang anaknya tidak dapat melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.

Ia berharap, melalui program ini, Desa Matombura bisa menjadi daerah pemasok jagung di Sultra bahkan di tingkat nasional.

Ia juga mengaku tidak khawatir soal pemasarannya nanti. Sebab, jika jagung banyak diproduksi, maka akan dilirik oleh pemerintah. Saat ini, Indonesia tengah gencar-gencarnya meningkatkan produktifitas jagung.

“Yang jadi masalah nanti hasil berkebun masyarakat hanya 5 ton atau 10 ton akan susah dijual, tapi kalau hasilnya sudah ratusan hingga ribuan ton akan tidak susah pemasarannya. Kalau setiap kebun masyarakat bisa menghasilkan 3 ton dikali dengan jumlah kebun yang akan dibuka 150 hektare maka bisa menghasilkan 450 ton. Perusahaan akan melirik apalagi nanti di desa lain menjalankan program yang sama,” katanya.

Selain meningkatkan produktifitas jagung, mereka juga akan mengelolannya sebagai salah satu desa wisata agro, budaya dan sejarah.

Sebab, di tengah kebun itu terdapat goa yang kondisinya cukup baik bagi traveler.

“Nanti akan menjadi ekowisata, karena gua ini agak unik di permukaan gua hanya ukuran 1×1 meter sementara luasnya di dalam mencapai 30×40 meter. Kedalaman goa 30 meter.
Dalam gua juga terdapat air, kalau air laut naik volume air naik juga begitu pun sebaliknya, padahal jarak laut dengan goa ini sekitar 40 kilo,” tutupnya.

Penulis : Iman Supa
Editor : La Ode Pandi Sartiman

Facebook Comments