Penyebab Jokowi-Maruf Masih Kalah di Sultra Versi The Haluoleo Institute

Direktur Eksekutif The Haluoleo Institute Naslim Sarlito Alimin

Kendari, Inilahsultra. com – The Haluoleo Institute baru saja mengeluarkan survey elektabilitas peserta Pemilu 2019, Minggu 10 Maret 2019 di salah satu hotel di Kota Kendari.

Hal yang mencolok dari hasil survei The Haluoleo Institute adalah elektabilitas Joko Widodo-Maruf Amin masih kalah tipis atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Jokowi-Maruf hanya memperoleh 38,4 persen sedangkan rivalnya, Prabowo-Sandi memperolah 44,2 persen. Namun, masih ada sebanyak 17,4 persen responden yang belum menentukan pilihannya.

-Advertisement-

Direktur Eksekutif The Haluoleo Institute Naslim Sarlito Alimin mengatakan, kalahnya Jokowi-Maruf di Sultra tidak terlepas dari konsolidasi pasangan calon dan tim suksesnya.

Sandiaga Uno, pernah datang di Kendari. Hal ini, dinilai turut mendongkrak elektabilitas pasangan nomor urut 2 itu.

Namun demikian, Jokowi juga baru saja berkunjung di Kendari dengan tujuan yang sama, mengejar ketertinggalan elektabilitas.

Bagi Naslim, kunjungan Jokowi di Sultra kemari, merupakan refleksi survei yang terjadi di Sultra.

“Ini tergantung konsolidasi masing-masing pasangan calon. Setelah kami amati, garda, jaringan dan relawan, belum terkontrol dengan baik,” jelasnya.

Menurutnya, jika ingin meningkatkan elektabilitas, harusnya, kedua kandidat ini memaksimalkan mesin relawan yang ada. Sebab, masih ada angka 17 persen lebih yang belum menentukan pilihan.

Naslim menyebut, bila mesin tim bergerak, bukan tidak mungkin, elektabilitas kandidat masih akan berubah sebelum pemilihan 17 April 2019 mendatang.

“Pilpres ini masih dinamis. Angka 17 persen (belum menentukan pilihan) tergantung pasangan calon seperti apa. Yang serius pasti akan berubah hasil surveinya. Tentu, datangnya Sandiaga Uno dan Jokowi ke Kendari, akan menentukan dampak berbeda terhadap elektoral kedua pasangan,” urainya.

Masih kata Naslim, animo masyarakat untuk memilih pada Pemilu 2019 ini cukup tinggi. Hanya saja, kata dia, masyarakat di perhadapkan dengan isu pilpres yang jauh dari harapan.

Alih-alih menawarkan program, misal pemenuhan lapangan pekerjaan, isu pilpres kebanyakan dibingkai dengan perang hoaks.

“Ada harapan sebenarnya dari masyarakat Sultra soal wacana baru. Hanya saja, Pilpres dikuasai hoaks, anda bohong, anda tidak benar. Sehingga kita tidak melihat programnya,” tuturnya.

Penulis : La Ode Pandi Sartiman

Facebook Comments