
Kendari, Inilahsultra.com – The Haluoleo Institute baru saja merilis hasil survei, Minggu 10 Maret 2019 di salah satu hotel di Kota Kendari.
Dalam surveinya, berdasarkan hasil simulasi sainte league murni, menunjukkan hanya empat partai yang memungkinkan meraih kursi di DPR RI. Yakni, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) sebanyak dua kursi, Demokrat 2 kursi, Partai Golkar 1 kursi dan Gerindra 1 kursi.
Berbicara popularitas, Partai Golkar berada di posisi pertama. Lalu disusul Demokrat, Gerindra, PAN, PDI Perjuangan, PKS, NasDem, Hanura, PPP, PBB, PKB, Perindo, Berkarya, PSI, Garuda, dan PKPI.
Namun, bicara elektabilitas atau keterpilihan, PDI Perjuangan memiliki elektabilitas tertinggi dengan angka 18 persen. Kemudian disusul, Demokrat 14,2 persen, Golkar 13,0 persen, Gerindra 7,3 persen, NasDem 4,2 persen, PAN 3,6 persen, PKS 3,3 persen, PPP 2,9 persen, PBB 1,5 persen, PKB 1,4 persen, Perindo 0,3 persen, Hanura 0,2 persen, PSI 0,2 persen, Berkarya 0,2 persen, Garuda 0,2 persen, PKPI 0,0 persen. Uniknya, dari 660 responden, ada 29,5 persen yang menyatakan belum menentukan pilihan.
Dari 16 partai tersebut, disimpulkan ada enam partai yang masuk dalam partai besar dengan perolehan suara paling banyak di DPR RI. Yakni, PDIP, Demokrat, Golkar, Gerindra, PAN dan NasDem.
Selanjutnya, masuk pada popularitas Caleg DPR RI. Ridwan Bae merupakan caleg paling popular dari 22 tokoh yang ada. Di bawah Ridwan, ada Hugua, Rusda Mahmud, Tina Nur Alam, HM Saleh Lasata, LM Sjafei Kahar, Umar Arsal, Imran, Haerul Saleh, La Pili, Habil Marati, Abdul Rahman Farisi, Nirna Lachmuddin, Fachry Pahlevy Konggoasa, Oheo Sinapoy, Muliati Saiman, Fajar Lase, Boby Alimuddin, Wa Ode Nur Zainab, Erwin Usman, Maria Magdalena Blegur dan Silverius Oscar Unggul.
Namun, berbicara elektabilitas calon anggota legislatif, Hugua memiliki nilai tertinggi dengan angka 14,2 persen. Disusul Rusda Mahmud 10,5 persen, Ridwan Bae 10,2 persen, Imran 3,6 persen, Umar Arsal 3,2 persen, Fahry Palevi Konggoasa 2,6 persen, La Pili 2,1 persen, Nirna Lachmuddin 2,1 persen, Haerul Saleh 2,0 persen, Tina Nur Alam 1,7 persen, LM Sjafei Kahar 1,1 persen, Fajar Lase 0,9 persen, Muliati Saiman 0,8 persen, Boby Alimuddin 0,6 persen, Oheo Sinapoy 0,3 persen, lainnya, 6,4 persen. Hanya memilih partai 10,3 persen dan belum menentukan pilihan 27,4 persen.
Direktur Eksekutif The Haluoleo Institute Naslim Sarlito Alimin mengatakan, PDI Perjuangan berpotensi memperoleh dua kursi karena saat ini partai berlambang banteng ini adalah partai penguasa.
“Pilpres ini punya keterkaitan dengan partai pemilu di legislatif,” jelasnya.
Selain karena partai penguasa, di PDI Perjuangan ada Hugua yang juga merupakan mantan calon wakil Gubernur Sultra. Tentunya, kata dia, Hugua masih punya basis pemilih.
Sedangkan Demokrat, di sana ada dua penyumbang suara paling banyak. Ada Rusda Mahmud dan Umar Arsal. Rusda Mahmud merupakan mantan Calon Gubernur Sultra yang tentunya masih memiliki basis sama seperti Hugua.
Sementara Umar Arsal, merupakan salah satu incumbent di DPR RI yang saat ini masih konsisten membangun komunikasi dengan konstituennya.
“Demokrat punya dua caleg bekerja maksial. Figur di Demokrat ii saling bahu membahu tingkatkan elektabilitas partainya. Rusda Mahmud dan Umar Arsal bekerja di basis berbeda,” jelasnya.
Beda dengan Golkar yang hanya terpatok pada figuritas Ridwan Bae. Menurutnya, Ridwan adalah salah satu incumbent yang masih memiliki elektabilitas tinggi dan kepercayaan dari konstituennya dibanding tiga incumbent lainnya, Haerul Saleh, Tina Nur Alam dan Amirul Tamim.
“Gerindra hanya Haerul Saleh. Itu pun baru muncul belakangan dan ngebeng di Pilpres. Selain Haerul Saleh, di Gerindra juga ada Imran yang mantan Bupati Konawe Selatan dua periode. Konawe Selatan ini merupakan salah satu basis dengan pemilih terbanyak,” tuturnya.
Lantas bagaimana dengan partai kecil yang baru bermunculan?
Naslim menyebut, rendahnya popularitas dan elektabilitas partai pendatang baru karena tidak terlepas dari figure calon yang didorong.
“Calon yang diusung cenderung tidak popular dibandingkan dengan partai besar yang ada,” jelasnya.
Selain itu, tenggelamnya partai kecil karena adanya aturan sainte league murni yang cenderung membuat partai besar makin di atas awan.
“Sainte league murni ini lebih menguntungkan partai besar. Partai kecil akan terlempar,” tuturnya.
Survei The Haluoleo Institute ini dilakukan di 17 kabupaten atau kota dengan penentuan responden dengan metode menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survey ini, margin of error 3,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan total responden 660 orang dengan pembagian 50 persen perempuan dan laki-laki.
“Sampel berasal dari 17 kabupaten kota di Provinsi Sultra yang terdistribusi secara proporsional secara khusus pada masyarakat yang berusia 17 tahun atau sudah menikah,” jelasnya
Pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka(face to face interview) dengan responden dan menggunakan panduan kuesioner yang berlangsung sejak 18-23 Februari 2019.
“Kontrol terhadap kualitas survey dilakukan dengan dua tahapan yaitu proses pendampingan kapangan (withnessing) dan pengecekan hasil pekerjaan(spotcheck),” tuturnya.
Penulis : La Ode Pandi Sartiman