Rafi, Hafiz Quran Bercita-cita Jadi Polisi Pendakwah

Rafi saat menjadi khafilah Sultra

Kendari, Inilahsultra.com – Banyak orang bercita-cita ingin menjadi anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tak terkecuali dengan Muhammad Rafi’ar Rasyid Nursyah. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi polisi yang beriman sekaligus sebagai penceramah (dakwah).

Suatu waktu saat masih duduk di bangku madrasah ibtidaiyah negeri (setingkat SD) di Kolaka, ia pernah ditanya oleh ayahnya, terkait cita-citanya saat besar kelak.

“Saya ingin jadi polisi, tetapi saya mau jadi polisi yang beriman dan penceramah,” kata Rafi menjawab spontan pertanyaan ayahnya itu.

-Advertisement-

Saat ditemui wartawan Inilahsultra.com, Muhammad Rafi’ar Rasyid Nursyah menceritakan keinginannya menjadi polisi. Ia mengatakan, jika Ia tergabung dalam korps bhayangkara, dirinya akan mengabdi kepada negara dan bangsa serta mengembangkan agama Islam melalui dakwah.

“Tekad saya semakin kuat karena dalam penerimaan anggota Polri tahun ini, ada jalur seleksi untuk Bintara Dakwah Islam,” ucap Rafi, Selasa 3 April 2019.

Rafi mengaku, dalam proses pendaftaran polisi, ia sudah dihadapkan dengan ujian. Saat pengumpulan berkas, ia terkendala karena namanya tidak sesuai dengan kartu keluarga dan KTP. Sementara waktu pendaftaran berakhir tinggal satu hari.

“Tetapi saya tidak patah semangat, Saya berjuang dan dibantu orang tua. Sampai satu hari berurusan saya lupa makan siang, kesalahan nama itu hanya tanda spasi. Alhamdulilah kendala itu teratasi,” tutur pria kelahiran Kolaka ini.

Setelah proses pemberkasan selesai, ia langsung ke Polres Kolaka untuk mendaftar seleksi penerimaan anggota polisi melalui jalur Bintara Dakwa Islam dan terverifikasi sebagai Calon Siswa (Casis) 25 Maret 2019 dengan nomor casis 112622/P/0001.

Sering Gantikan Ayah Berceramah

Putra kedua dari pasangan Saifudin Mustaming dan Helmi Irmawati ini, juga menjadi Hafiz Quran. Hafalan Quran tidak diragukan lagi karena sering mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat kecamatan, tingkat kabupaten maupun tingkat nasional.

Bahkan pernah mengganti ayahnya untuk berdakwah di masjid, jika ayahnya sedang berhalangan atau sedang keluar daerah.

“Pengalaman dalam berdakwah awalnya kurang percaya diri, tetapi saya selalu ingat waktu latihan mubaligh di sekolah. kalau kita sudah ada di mimbar kita harus percaya diri,” ungkapnya.

Ia pernah mendapat sindiran halus saat berdakwa, saat itu sekilas mendengar “kok yang ceramah anak-anak, memangnya dia bisa”.

Setelah mendengar bahasa itu, Rafi menguatkan hati (mental) dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Sambil melafazkan Basmallah, dia naik ke atas mimbar. Omongan orang tersebut terbantahkan setelah ia selesai berceramah.

“Saat itu materi ceramah tentang akhlak. Selesai ceramah, orang itu datang kepada saya langsung mengambil tangan saya dan menyalami,” kisahnya.

Tak hanya itu, Rafi berkesempatan menjadi imam salat Magrib di Masjid Mako Polda Sultra. Saat itu semua casis dikumpulkan untuk melaksanakan apel, setelah apel ada polisi menghampiri dan menunjuknya untuk menjadi imam salat.

“Saya awalnya menolak karena merasa tidak enak hati sama imam masjid, tetapi ternyata Itu waktu itu tidak datang. Jadi saya jadi iman salat yang jemaahnya peserta casis dan bapak polisi. Jujur saya bukan membanggakan diri, tetapi inilah yang Allah SWT diberikan kepada saya,” pungkasnya.

Sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Negeri, Rafi sudah pandai mengaji. Lalu melanjutkan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Ummusabri (MI Pesri) Kendari.

Setelah itu perjalanan pendidikan dilanjutkan ke Pondok Pesantren Al Aksar di Mesjid Agung Al Kausar. Disitulah ia memulai menggeluti sebagai menghafal Alquran.

Ia mengaku, dirinya termotivasi oleh orang tuanya. Sebab, ayahnya seorang pendakwah dan pernah menjadi penghafal Quran.

“Semua orang yang menjadi super heronya adalah sosok seorang ayah, Saya ingin mengikuti jejak ayah,” katanya.

Ia menyebut, jumlah hafalannya berawal dari 5 juz. Lalu meningkat 10 juz, 20 juz hingga mencapai 30 juz.

Bagi dia, tingkat kesulitan dalam menghafal Alquran adalah melawan hawa nafsu. Seperti menjadi malas karena cenderung ingin mengutak-atik handphone. Kondisi ini menjadi konsekuensi era digital.

“Karena motivasi sendiri dan selalu mengingat pesan orang tua, akhirnya kesulitan itu dapat dilalui. Alhamdulilah,” ucapnya lagi.

Selama menghafal Alquran, pernah menghadapi titik jenuh. Dimana ketika itu, hafalannya sudah masuk di Juz 13-14-15-22. Kesulitannya karena di Juz itu, ayat-ayatnya kembar dan suratnya pendek sehingga ia kesulitan. Sampai-sampai dirinya mengalami stres. Namun, tingkat kesulitan itu bisa dilaluinya.

Sering Ikut Lomba

Pertama kali mengikuti lomba Musabaqah saat duduk di bangku SMP tahun 2014. Saat itu yang diikuti ketegori golongan lima (5) juz dan ia mendapat juara harapan pertama.

Berikutnya mengikuti lomba tingkat kecamatan tiga tempat yakni Kolaka, Kolaka Timur dan Konawe. Ditiga tempat itu dia mendapat juara 2, 3 dan 4.

“Di Kolaka saya mewakili Kecamatan Wolo, Koltim saya mewakili Kecamatan Polipolia dan di Konawe saya mewakili Kecamatan Morosi. Alhamdulilah di tiga tempat itu saya dapat juara,” kenangnya.

Ia juga pernah diutus mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional yang berlangsung di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Kota Batam, Kategori lima juz putra.

Meski Rafi sebagai cadangan karena saat itu satu peserta kurang sehat sehingga Ia dipercayakan untuk menggantinya.

Meski tidak mendapat juara, namun ia mendapat apresiasi berupa reward dari Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Tenggara untuk tour religi di Singapura. Rafi berangkat ke negeri seberang tak sendirian, ia ditemani oleh ayahnya.

“Saya tidak mau pergi kalau ayah saya tidak disamping saya, karena ayah saya sebagai penyemangat hidup saya,” ujar Rafi.

Aktif di Semua Kegiatan

Sementara itu, Saifudin Mustaming, ayah Rafi menuturkan, selain menjadi penghafal Alquran, semasa sekolah hampir semua kegiatan dilakoni Rafi.

Misal, aktif di bidang pramuka, mengikuti satgas anti narkoba serta ikut lomba pidato dan ceramah. Bahkan Rafi pernah aktif jadi youtuber, akun itu digunakan untuk berdakwah.

“Akun itu dikelola bersama teman-temannya sesama penghafal Alquran. Saya sendiri pernah direkam untuk dimasukan di akun Youtube mereka,” tuturnya

“Saya anggap anak saya itu jawara, kayaknya semua gen saya mengalir ke dia (Rafi) ini. Tapi saya beri kesempatan melakukan apa saja yang dinginkan, saya hanya melihat bagaimana dia mandiri,” tuturnya lagi.

Setelah selesai mengikuti ujian akhir di Madrasah Aliyah Negeri di Kendari, Rafi mendapat kesempatan mengikuti seleksi di beberapa perguruan tinggi.

Dari 13 Universitas yang didaftar, ada 11 perguruan tinggi lolos atau bebas tes. Dia bebas memilih perguruan tinggi yang diinginkan salah satunya Universitas Gajah Mada (UGM) bermodal hafalan Quran dengan melampirkan sertifikat yang dimiliki.

“Saat itu harapan saya besar bahwa anak saya mau kuliah, ternyata anak saya memilih pulang kampung tujuannya untuk memperlancar hafalannya,” imbuhnya.

Lanjutnya, begitu mendapat kabar dari rekannya telah dibuka pendaftaran Polri. Baik itu, tingkat Akpol, Bintara dan Tamtama. Sepintas teringat anaknya yang kala itu bercita-cita menjadi seorang anggota polisi, saat itu pula langsung bertanya kepada anaknya.

“Nak dulu pernah bercita-cita jadi polisi, anak saya spontan menjawab saya mau sekali ayah,” terangnya menirukan bahasa Rafi saat itu.

Lalu meminta kepada anaknya untuk melakukan salat Istikharah minta kemudahan dan petunjuk kepada Allah SWT dan yakin ini adalah proses kalau rejeki tak akan pernah tertukar.

“Ketika mau mendaftar berkasnya belum tuntas semua sementara batas pendaftaran tinggal satu hari, kendala waktu itu ada ketidaksesuaian nama lengkapnya saat mendaftar online. Saya memberikan semangat agar berusaha dan berdoa. Alhamdulilah kuasa Tuhan semua berkasnya clear dan sudah mendaftar,” pungkasnya.

“Terkadang saya selalu teringat masa-masa dia susah, sampai saya mengeluarkan air mata haru, tetapi saya anggap semua bagian dari ujian. Semoga Allah SWT meridhoi anak saya menjadi Bintara Dakwa Islam dan siap menerima apapun nanti hasilnya saya akan terima,” tutupnya.

Penulis : Onno

Facebook Comments