Pesona Halo Sultra, Kolaborasi Tenun Motif Lantelante-Kasungki Hiasi Stan Pemkab Muna

Produk Tenun Muna ditampilkan di Pameran HUT Sultra.
Bacakan

Raha, Inilahsultra com– Ajang promosi akan kekayaan alam hingga budaya di Pesona Halo Sultra, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muna tetap mengandalkan Tenun Muna sebagai hasil karya lokal masyarakat Muna yang diwariskan secara  turun temurun.

Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) kabupaten Muna, Zainal yang ditemui di stan Muna, Kamis 25 April 2019 mengatakan, dalam mengikuti perayaan HUT Sultra Ke-55, Dekranasda menampilkan

-Advertisement-

hasil karya masyarakat Muna seperti kerajinan kain tenun, kerajinan kayu jati, kerajinan nentu, anyaman agel, hingga makanaan khas.

“Yang menonjol kita tampilkan kerajinan kain tenun karena kain tenun memiliki ciri khasnya kental, dengan menampilkan berbagai motif tradisional,” katanya.

Zainal menyebutkan, motif tradisional yang ditampilkan seperti motif Bhotu, motif Ledha, Bhiabia, motif Kabodhodo, Manggo Manggopa, Kasokasopa, Kaholeno Ghunteli, Kainsisiri, Kambeano Bhontu, Lantelante, Samasili dan Kambampu.

“Motif Bhotu yang memiliki sejarah dan menjadi pakaian dari kalangan bangsawan Muna zaman kerajaan. Saat ini 12 motif tenun khas Muna sudah dipatenkan namun para penenun setiap saat berinovasi membuat motif baru tanpa menghilangkan ciri khas motif asli,” tuturnya.

Selain itu, ada motif Lantelante digabung dengan Kasungki. Kata dia, kolaborasi motif itu telah mendunia.

Dimana, hasil tenun Muna telah diikutkan dalam pameran nasional Fashion Week yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC). Kemudian, pameran Bumdes di Bengkulu, pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) di Palu dan Bali.

“Tenunan Muna itu alami tanpa bahan kimia sangat diminati kalangan desainer nasional. Bahannya natural dari kulit kayu mahoni, bakau serta kayu sapang. Dedaunan seperti daun mangga, nangka, jati dan daun indigo bisa menghasilkan warna. Bahkan dari akar pohon mengkudu,” ucapnya.

Saat ini juga, sambung dia Muna tergabung dalam kelompok Cita Tenun Indonesia (CTI) yang aktif mempromosikan kain tenun nasional.

“CTI saat ini tengah menggagas mode fashion yang penggabungan trend masa kini dengan motif khas daerah. Harganya berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 750 ribu untuk benang biasa. Kalau Benang pewarna alam berkisar Rp 1,5 hingga 2,5 juta,” terangnya.

Zainal mengungkapkan, pengrajin tenun di Muna saat ini mencapai 700 orang tersebar di beberapa desa yakni Desa Masalili, Liangkobori, Mabolu, Mabodo dan Lakarinta.

Reporter : Iman

Editor      : Aso

Facebook Comments