Rusman Emba : Politik Intimidasi Itu Zaman Jahiliyah

Bupati Muna, LM Rusman Emba.
Bacakan

Kendari, Inilahsultra.com – Pemilu 2019 telah berlalu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan hasil, termasuk yang mendapat kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Muna.

Uniknya, selepas Pemilu 2019, daerah yang terkenal dengan nama Bumi Sowite ini diperhadapkan dengan agenda Pilkada 2020. Meskipun pelaksanaannya masih jauh, September 2020, tensi politik terbilang mulai panas.

Wacana mengemuka, Bupati Muna LM Rusman Emba mendapatkan penantang terbilang sepadan, LM Rajiun Tumada. Bupati Muna Barat ini, telah mengingatkan bakal maju di Pilkada Muna. Hal itu dibuktikan dengan semakin rutinnya dia melakukan safari politik di wilayah kekuasaan Rusman.

-Advertisement-

Berbicara Pilkada Muna 2020, tak bisa dipisahkan dengan hasil Pemilu 2019. Sebab, partai yang memperoleh kursi di DPRD Muna, bakal menjadi kendaraan politik pengusung bagi yang tarung.

Uniknya, dalam perolehan kursi DPRD Muna, hampir mayoritas orang “di badan” Rusman. Baik itu di partai yang diampunya, PDI Perjuangan, maupun Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Di Muna, partai yang memperoleh kursi terbanyak adalah Hanura dengan 5 kursi. Disusul, Golkar 4 kursi, PDI Perjuangan 4 kursi dan PKB 4 kursi. Empat partai ini, memiliki kedekatan politik dengan Rusman.

Selain itu, Demokrat 4 kursi, Gerindra 3 kursi, NasDem 2 kursi, PKS 2 kursi, PPP 1 kursi dan PAN 1 kursi.

Terhadap hasil Pemilu 2019 ini, Rusman bicara blak-blakan saat berbincang dengan wartawan di Kendari, Jumat 24 Mei 2019. Termasuk soal rival politik yang akan maju di Pilkada Muna. Berikut petikan wawancaranya :

Apakah sudah ada partai diajak komunikasi?

Bicara komunikasi sudah ada. Hanya waktunya masih proses. Kita belum ungkapkan karena ini menyangkut etika politik.

Hasil Pemilu 2019, tak ada partai yang dominan, sebenarnya bagaimana peran Anda?

Saya kan kader PDI Perjuangan. Saya fokus di PDI Perjuangan hanya prediksi kita agak meselet. Ada beberapa dapil kita menang, tapi ada juga kalah sangat tipis sekali. Kita kosentrasi PDIP, tapi ada juga Hanura dan PKB yang juga bagian tak terpisahkan. Jadi, soal partai tidak akan kesusahan (untuk pintu maju pilkada Muna). Karena ada komunikasi yang kita bangun selama ini.

Berapa partai ditarget jadi pintu?

Kita bisa dapat 3 sampai 4 partai.

Kepala daerah lain cenderung memenangkan satu partai, bagaimana dengan Anda?

Kita sebenarnya, kosentrasi di PDIP. Hanya ada beberapa caleg kita di PDIP. Karena terlalu banyak kader, sehingga mereka pindah di Hanura. Hanura dan PDI Perjuangan sebetulnya satu bagian.

Termasuk PKB?

PKB juga, orang kita masuk PKB. Tapi, prinsipnya kita prioritas PDI Perjuangan. Tapi ternyata di lapangan berkehendak lain, itu di luar prediksi kami.

Sekarang muncul Rajiun di Muna, Anda tidak terganggu?

Saya kira biasa lah. Politik di Muna kan keras. Sangat biasa saja.

Biar Rajiun terus safari politik di Muna?

Kita ini karakter sudah ketahuan. Cara ambil keputusan kita sudah ketahuan. Kemudian, banyak hal lah. Masyarakat sudah tidak bisa dibohongi sekarang. Siapa yang pengabdian masyarakat sangat tinggi dan siapa yang mengambil keuntungan pribadi.

Banyak pihak menyebut Anda politikus flamboyan tak frontal

Sebetulnya begini, ada momentumnya. Kita bisa keras pada satu aspek misalnya ketika ada target tidak tercapai, tentu kita akan agak keras. Tapi di sisi lain namanya demokrasi, namanya kemampuan mengakomodir semua kepentingan saya kira kadang diperlukan. Tergantung gaya dan medan tangguh dimana. Kalau hadapi suasana keras, pasti kita akan keras juga.
Demokrasi itu seni untuk mencapai tujuan dan seni meyakinkan publik. Frontal itu gaya lama, itu zaman jahiliyah. Tidak andalkan intimidasi. Itu sudah lewat itu. Hanya terjadi zaman jahiliyah. Dan memang, bicara zaman Jalihilah konsep harus ditinggalkan. Sekarang kita berdemokrasi, kedaulatan rakyat yang paling penting.

Penulis : La Ode Pandi Sartiman

Facebook Comments