
Kendari, Inilahsultra.com – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Arcandra Tahar, MSc., PhD dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, SH meresmikan pencanangan pemancangan tiang pertama pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) feronikel PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Samaenre, Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (15/6).
Hadir dalam acara peresmian tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Drs Syafruddin, MSi dan Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM Prof. Akhmad Syakhroza, S.E., MAFIS., Ph.D.
“Smelter yang tengah dibangun PTCNI menggunakan teknologi RKEF atau rotary kiln electric furnace yang terdiri dari 4 tanur listrik jenis rectangular, yang pertama di Indonesia, masing-masing berkapasitas 72 MVA dengan total investasi sebesar 993 juta dollar Amerika Serikat atau setara 14.5triliun Rupiah,” kata Derian Sakmiwata, Direktur Utama PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) dalam sambutannya.
Dalam pelaksanaan proyek ini, PT Ceria menggandeng PT PP (Persero) untuk pembangunan gedung pabrik peleburan feronikel serta infrastruktur pendukung. PT Ceria juga menggandeng ENFI dari BUMN China untuk rancangan rekayasa serta pemasangan peralatan utama pabrik peleburan feronikel. Sedangkan kebutuhan listrik sebesar 350 MW akan dipasok oleh PT PLN (Persero).
“Ini merupakan kerjasama pembangunan proyek smelter yang pertama di Indonesia antara perusahaan nasional, BUMN Indonesia dan BUMN China,” jelas Derian.
Untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan mobil listrik, PT Ceria Nugraha Indotama juga telah menyelesaikan studi kelayakan untuk membangun proyek hidrometalurgi dengan investasi 973 juta dollar Amerika Serikat atau setara 13 triliun Rupiah untuk menghasilkan kobalt, komponen utama baterei mobil listrik.
“Proyek pembangunan smelter ini merupakan ikhtiar kami dalam memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada bangsa dan rakyat Indonesia terutama untuk turut serta membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat,” tambah Derian.
Dijelaskannya, ada 3 kontribusi langsung bagi kesejahteraan masyarakat. Pertama, pembayaran pajak dan non pajak senilai 1,93 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp28 triliun selama 20 tahun pertama operasi smelter. Kedua, penggunaan 5.000 tenaga kerja yang sebagian besar direkrut dari putera-puteri daerah Kolaka dan Sulawesi Tenggara. Ketiga, program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat sekitar Rp10 miliar per tahun.
PT CNI mengoperasikan tambang nikel berdasarkan izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) yang diterbitkan pada 2012.
PT CNI mempekerjakan sekitar 1400 karyawan yang mayoritas direkrut dari Kabupaten Kolaka. Pada 2018 PTCNI membayar pajak dan non-pajak sebesar Rp 149 miliar dan membelanjakan Rp 10 miliar untuk program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Penulis : Haerun