Nilai Islami Warnai Proses Pemerintahan

Bupati Buton Tengah, H. Samahuddin, SE.

Labungkari, Inilahsultra.com – Nilai-nilai Islam oleh masyarakat Kabupaten Buton Tengah (Buteng) dijadikan dasar hidup bermasyarakat. Apalagi, daerah yang berjuluk Negeri Seribu Gua ini juga terkenal sebagai lumbungnya para ulama.

Kuatnya nilai-nilai Islam inilah yang kemudian menjadi dasar dan pondasi pembangunan yang ditanamkan Bupati Buteng, H. Samahuddin.

Sejak dipercaya masyarakat memimpin Buteng pada 2017 lalu, Ia bertekad ingin mengubah wajah Buteng menjadi daerah yang agamis.

-Advertisement-

Langkah pertama H. Samahuddin untuk menghadirkan kesan agamis ini adalah membangun gapura Islami. Gapura ini tepat dibangun dibilangan Wamengkoli sebagai pintu masuk Buteng dan kini telah berdiri kokoh.

Pembangunan gapura Islami, kata H. Samahuddin, sekaligus menjadi simbol entitas daerah, sebagai wajah Buteng. Kesan Islami akan mulai terpancar dari gapura ini ketika pengunjung menginjakkan kaki ditanah seribu gua ini.

“Buteng ini kan punya banyak ulama, masyarakatnya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Itulah yang menjadi dasar saya mengubah Buteng menjadi lebih agamis dan lebih baik kedepan,” kata H. Samahuddin.

La Ramo sapaan akran H. Samahuddin menjelaskan pembangunan gapura islami itu sudah dimulai pada 2018 lalu. Penganggaran pembangunan bersumber dari APBD Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Dana yang dialokasikan berjumlah Rp 7 miliar. Anggaran ini dikucurkan secara bertahap,” katanya.

Orang nomor satu di Buteng ini optimis gapura ini sudah bisa dinikmati keindahannya pada 2019 ini. Khusus tahap finishing, lanjut dia, Pemerintah Kabupaten Buteng juga ikut menganggarkan dalam APBD senilai Rp 2 miliar.

“Jadi ini adalah bentuk kerjasama dan hasil koordinasi yang apik antara pemerintah provinsi dan kabupaten. Istilahnya ada sharing antara keduanya,” terangnya.

La Ramo menambahkan, gapura Islami ini telah berdiri kokoh dan menjulang setinggi 10 meter dengan lebar 20 meter. Sisi kiri dan kanan gapura dalam tahap finishing ini akan dibangun menyerupai kubah masjid berdiameter tiga meter dan diselipkan rumah adat Buton dibagian tengahnya.

Jalan menuju gerbang akan dibuat dua jalur. Lebar masing-masing tujuh meter dan dilengkapi air mancur.

“Grand desain gapura islami memiliki filofosi tersendiri. Filosofinya tak lain merupakan rangkaian tanggal, bulan dan tahun pemekaran Kabupaten Buton Tengah itu sendiri. Buteng mekar, 24 Juli 2014. Lebar gerbang 20 meter, lebar jalan dua jalur masing-masing 7 meter sehingga bila ditambahkan sama dengan 14, yang berarti bulan 7 atau Juli 2014,” pungkasnya.

Alokasikan Rp 1,2 Miliar Berantas Buta Aksara Arab

Bupati Buton Tengah, H. Samahuddin saat meletakkan batu pertama pembangunan masjid di salah satu kecamatan.

Selain pembangunan fisik, nilai-nilai Islam juga ditanamkan ke generasi muda untuk memberantas buta aksara Arab melalui pengajian. Setiap guru ngaji akan diberikan insentif sebagai apresiasi atas pengabdiannya kepada masyarakat.

Insentif guru ngaji ini disatukan dengan insentif perangkat masjid untuk mensejahterakan masjid di Buteng. Alokasi anggarannya diporsikan senilai Rp 1,2 miliar melalui APBD 2019.

Bahkan, insentif guru ngaji dan perangkat masjid ini telah dipayungi melalui Peraturan Daerah (Perda). Perda ini digenjot untuk mendukung visi misi Bupati Buteng, H. Samahuddin dan Wakil Bupati Buteng, La Ntau.

Kabag Hukum Akhmad Sabir menjelaskan lahirnya perda ini sesuai inisiatif Bupati bahwa untuk memberantas buta aksara maka guru ngaji harus diberi insentif. Kendati begitu, pemberian insentif guru ngaji dan perangkat masjid harus berdasarkan aturan yang berlaku.

Kabag Kesra Setda, La Ode Abdullah menambahkan besaran intensif untuk para guru ngaji dan perangkat masjid beragam. Kisarannya mencapai Rp 500 hingga 600 ribu.

Insentif ini diberikan per tiga bulan. Diharapkan insentif ini bisa bermanfaat bagi para guru ngaji dan pengurus masjid. (ADV)

Facebook Comments