Kendari, Inilahsultra.com – Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Kendari memberikan klarifikasi atas tuduhan sepihak tentang pengkhianatan pada Pemilihan Wakil Wali Kota Kendari 5 Maret 2020 lalu.
Sebelumnya, tim hukum Adi Jaya Putra (AJP) menuduh Demokrat telah berkhianat atas komitmen awal mendukung putra Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga itu.
Selain tim hukum AJP, partai sesama fraksi di DPRD Kota Kendari, Perindo daj PKB menuding Demokrat telah berkhianat dan memilih mendukung Siska Karina Imran dari pada AJP berdasarkan kesepakatan awal.
Namun, menurut Ketua DPC Demokrat Kota Kendari Suri Syahriah Mahmud, tuduhan itu tak benar.
Ia menjelaskan, sehubungan dengan pernyataan Ketua Perindo Kota Kendari, Ketua DPC PKB Kota Kendari dan tim hukum Adi Jaya Putra yang disampaikan kepada publik, pihaknya memberikan tanggapan bahwa memang benar atas inisiatif Ketua DPC Perindo, dalam rangka menghadapi Pilwawali, Fraksi DKI Koalisi Partai Demokrat, Perindo dan PKB bersepakat untuk bersatu dalam menjatuhkan pilihan kepada Cawawali pengganti antarwaktu.
“Tentu sesuai dengan AD/ART Partai, semuanya akan dikonsultasikan kepada kepengurusan partai di atasnya. Dan ditindakIanjuti kepada anggota Fraksi di DPRD Kota Kendari,” jelas Suri dalam keterangan tertulisnya.
Bahwa setelah melalui serangkaian rapat-rapat dan pertemuan yang mayoritas diinisiasi dan berlangsung di rumah Ketua DPC Perindo, mereka bersepakat akan memilih dan menjatuhkan pilihan kepada Siska Karina Imran sebagai Wawali Kota Kendari pengganti antarwaktu.
“Kesepakatan itu kemudian dibuat dalam bentuk surat dan diketik oleh Ketua DPC Perindo lalu kami tanda tangani bersama-sama. Tertanggal 13 Desember 2019,” jelasnya.
Dalam perkembangannya juga setelah melalui serangkaian rapat pertemuan dan diskusi yang juga mayoritas dinisiasi oleh Ketua DPC Perindo, koalisi DKI secara bersama-sama memutuskan berubah sikap mendukung Adi Jaya Putra.
Surat kesepakatan dukungan itu kemudian dibuat dan diketik juga oleh Ketua DPC Perindo Kota Kendari. Namun, kesepakatan tersebut rupanya hanya bertahan sampai 4 Maret 2020.
“Sebagaimana kawan-kawan ketahui setelah konperensi pers DPC Perindo Kota Kendari pagi hari yang mendukung Adi Jaya Putra. Pada malam harinya bertempat di Sekretariat DPW Perindo Sultra juga dilangsungkan konferensi pers sikap final Partai Perindo pada Pilwawali Kota Kendari. Pada Konperensi Pers tersebut disampaikan dukungan dan pilihan resmi Partai Perindo dalam bentuk Rekomendasi No. 148/SK/W.1/DPW Perindo/Sultra tentang penetapan dukungan Calon Wakil Wali Kota Kendari sisa masa jabatan 2017-2022 yang ditandatangani oleh Ketua Jaffray Bittikaka dan Sekretaris Aryo Wira Setiawan,” bebernya.
Di lokasi konferensi pers itu, turut hadir dua anggota DPRD Kota Kendari dari Perindo, yakni Hasbulan dan Hamida Sudu.
Ia mengaku, Perindo menyampaikan kepada dirinya tentang sikap secara kelembagaan dan mengikat Partai Perindo jatuh ke Siska Karina Imran.
“Saya juga diajak bergabung dan saya sampaikan oke, saya akan lapor dulu pada DPD/DPP partai saya. Dan berkoordinasi dengan saudara Rahman Tawulo (PKB). Disampalkan juga kepada saya bahwa kesepakatan sebelumnya sudah dan akan batal dengan adanya rekomendasi partai secara kelembagaan,” bebernya.
Besoknya, lanjut Suri, pada 5 Maret tahun 2020 sebelum ke kantor DPRD untuk menghadiri acara pemillhan Rahman Tawulo singgah ke rumahnya menyampaikan bahwa PKB akan memilih dan sudah menjatuhkan pilihan kepada Siska Karina Imran.
Karena perubahan sikap yang cepat dari PKB, Suri kemudian konsultasi dengan DPD yang kebetulan lagi di luar daerah.
“Disampaikan kepada saya bahwa karena waktu yang sempit, maka keputusannva diserahkan kepada saya selaku Ketua Partai Demokrat Kota Kendari, baca peta dan arahkan kepada yang akan menang,” katanya.
Berdasarkan hal tersebut, Suri mengaku heran Demokrat disebut pengkianat di tubuh Fraksi DKI.
“Bukankah dengan kemenangan Siska justru menunjukkan kemenangan Perindo? Yang secara terang benderang telah memilih dan menjatuhkan pilihan kepada Siska. Bahkan akan menghukum anggota fraksinya yang tidak memilih Siska. Sekarang saya ”dinyatakan” sebagai pengkhianat karena diduga memilih Siska. Terus terang logika, nurani dan nalar politik saya dan baru ini belum sampai memahami sikap tersebut,” tuturnya.
Untuk itu, ia mengimbau agar menghentikan kegaduhan yang tidak produktif ini. Saatnya kini bergandengan tangan membangun Kota Kendari. Sebab, kata dia, Siska pasti tahu siapa yang sudah memenangkannya. Begitu juga halnya dengan Adi Jaya.
“Tidak pernah ada yang mau tampil sebagai pahlawan, paling istiqamah. Karena juga publik tidak bodoh dan pasti menilai, siapa yang mencla mencle dan siapa yang punya sikap atau konsistensi,” pungkasnya.
Penulis : Pandi