
Kendari, Inilahsultra.com – Bakda Subuh, takbir, mulai dikumandangkan melalui pengeras suara Masjid Nurul Haq di BTN Batumarupa Indah Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari, Jumat 31 Juli 2020.
Sekira pukul 06.20 WITa, satu persatu warga keluar dari rumahnya menuju sumber suara untuk melaksanakan Salat Iduladha.
Berbeda dengan Iduladha tahun sebelumnya, masker menjadi aksesoris wajib selain sejadah dan mukena. Mengenakan masker di saat salat di tengah banyaknya orang, menjadi salah satu protokol yang harus dipatuhi di tengah pandemi virus corona.
Pada Idulfitri 2020 atau 70 hari yang lalu, warga merayakan salat di rumah. Sebab, virus corona tengah mewabah ganas di Kota Kendari.
Jemaah mulai memadati masjid tersebut yang terletak di tengah pemukiman. Sebelum salat dimulai, protokol masjid membacakan panduan salat Iduladha.
Salat Iduladha dimulai dengan niat, lalu Takbiratul Ihram, membaca doa iftitah dan takbir tujuh kali di rakaat pertama. Rakaat kedua lima kali takbir.
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), Salat Iduladha hukumnya sunnah muakkadah yang menjadi salah satu syi’ar keagamaan atau yi’ar min sya’air al-Islam.
Setelah protokol membacakan panduan, salat Iduladha pun digelar. Jemaah meluber hingga di jalan pemukiman.
Setelah salat, dilanjutkan dengan pembacaan khutbah dari seorang tokoh agama.
Menurut penceramah, Iduladha biasa juga disebut Idul kurban yang mengambil kisah perjalanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.
Namun, sejarah kurban sejatinya terjadi jauh sebelum Ibrahim dan Ismail ada. Qabil dan Habil, putra Nabi Adam yang pertama kali diuji keikhlasannya untuk mempersembahkan sebagian harta mereka.
Dinukil dari Tagar.id, diriwayatkan dari Ibnu Ihasq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurthubi bahwa Hawa melahirkan 40 anak dengan 20 kali mengandung. Di antaranya Qabil dan Habil.
Qabil punya saudara kembar Iqlimiya yang berparas cantik. Sedangkan, Habil punya pasangan kembar Layudha berparas kurang menarik.
Ketika Nabi Adam AS hendak menikahkan mereka (Habil dengan Iqlimiya dan Qabil dengan Layudha) proteslah Qabil dan membangkang karena saudara kembar Habil jelek dan saudara kembarnya sendiri cantik.
Sehingga Qabil menginginkan saudara kembarnya tersebut untuk dia sendiri lantaran merasa lebih berhak atas saudara kembarnya.
Dari berbagai literatur, Qabil adalah seorang petani. Ketika diperintahkan berkurban maka dia berkurban dengan seikat gandum. Dia pilih gandum yang jelek dari tanamannya. Dia tidak peduli apakah kurbannya diterima atau tidak karena rasa sombong dan dengki sudah menguasainya.
Sedangkan Habil seorang peternak kambing, dia memilih kambing yang muda lagi gemuk untuk berkurban. Dia berkeinginan agar kurbannya diterima di sisi Allah.
Setelah kurban keduanya dipersembahkan, Allah menurunkan api berwarna putih dan dengan izin Allah api itu membawa kurban Habil (sebagai tanda bahwa kurbannya diterima) dan meninggalkan kurban Qabil.
Melihat yang demikian, di mana kurbannya tidak diterima, spontan marahlah Qabil hingga berlanjut mengancam Habil untuk membunuhnya. Peristiwa ini dipicu oleh kecemburuan atas perjodohan silang sesama anak adam ini.
Walau bagaimana pun, dia tak ingin Habil menikahi saudara perempuannya yang cantik itu. Kisah Qabil dan Habil difirmankan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 27.
Keikhlasan Ismail, Kesabaran Ibrahim dan Siti Hajar
Penceramah di Masjid Nurul Haq menyebut, Ibrahim dan Ismail menjadi sosok teladan tentang kesabaran dan keikhlasan.
Saat Ibrahim lagi sayang-sayangnya kepada putra semata wayangnya, Ismail, Allah menguji Ibrahim dan memerintahkannya menyembelihnya.
Sebuah ujian yang amat berat bagi manusia saat ini. Ismail yang dinanti selama 70 tahun untuk dilahirkan Siti Hajar, harus direnggut hanya karena mimpi Ibrahim yang menerima wahyu dari Allah.
Sebelum menjagal putra, harta kesayangan yang dimilikinya itu, baik Ismail dan Sitti Hajar digoda setan diminta untuk menolak perintah Allah tersebut. Namun, keduanya menolak mentah-mentah dan ikhlas karena itu semua perintah Allah.
Sebelum nyawanya direnggut sang ayah, Ismail memberi syarat kepada Ibrahim agar sebelum memenggal lehernya, terlebih dahulu mengikat kaki dan tangannya agar tidak meronta. Parang yang digunakan juga harus tajam agar ia tidak merasakan sakit yang cukup lama saat dipenggal.
Ia juga meminta agar matanya ditutup agar tidak melihat tetes air mata ayah dan ibunya. Tak hanya itu, Ismail juga meminta agar jika ia meninggal nanti, tak boleh ada anak seumurannya datang ke rumah karena khawatir akan mengundang kesedihan bagi sang ibu saban hari.
Seluruh permintaan Ismail dipenuhi Ibrahim. Tiba lah saatnya Ibrahim memenggal putranya itu. Namun Allah lebih punya kuasa atas segalanya. Tubuh Ismail digantikan dengan seekor domba yang kemudian dagingnya dibagikan ke warga yang belakangan dinamakan kurban.
Peristiwa ini, menurut penceramah sebagai bagian dari ujian kesabaran dan keikhlasan Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar.
“Apa yang kita cinta di dunia ini, kelak akan ditinggalkan. Tidak ada kebahagiaan yang dibawa. Tidak ada kesedihan yang harus diratapi. Semua akan ditinggalkan. Itu realita yang mesti manusia hadapi,” kata penceramah mengungkap pesan dari peristiwa Iduladha.
Untuk itu, ia mengajak agar masyarakat tidak mempertuhankan keduniaan. Perlunya menanamkan konsep ketauhidan kepada generasi saat ini.
Penulis : Pandi