
Oleh : Muhammad Hakim Rianta
Dirgahayu Republik Indonesia merupakan momentum sejarah yang tidak terlupakan bagi bangsa Indonesia, membuka kembali memori kolektif akan keberhasilan perjuangan para pendahulu untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Hingga pada hari ini 17 Agustus 2020 kita dapat menghirup udara segar dalam bingkai NKRI yang merdeka serta bebas dari segala bentuk penjajahan.
Maka tidak heran jika momentum kemerdekaan selalu diwarnai dengan euforia yang spektakuler, seolah ingin menggambarkan bahwa kita telah bebas dari belenggu kolonialisme, imperialisme dan sejenisnya. Sehingga kita lupa bahwa esensi dari sebuah kemerdekaan itu bukan hanya sebagai momen seremonial belaka.
Seperti kata mantan Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta mengungkapkan bahwa, “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita, Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat”.
Menurut beliau, kemerdekaan hanya sebagai jembatan untuk menempuh hidup yang lebih layak bagi masyarakat Indonesia. Kata kemerdekaan sebagai syarat berarti tumpuan harapan pendahulu bangsa kepada para penerus untuk memahami makna kemerdekaan yang sebenarnya.
Sekarang coba kita renungkan, pernahkah kita mengisi kemerdekaan dengan merefleksi tujuan kemerdekaan apa yang sudah kita capai? Sudahkah kita nikmati kemerdekaan itu sebagaimana harapan pendahulu bangsa? Tidak, kita terlalu sibuk bergelut dengan dinamika pribadi. Bahkan kita cenderung apatis dalam melihat realitas kehidupan di bumi pertiwi yang jauh dari tujuan kemerdekaan.
Disaat para veteran sepuh yang telah berjuang dengan cucuran airmata dan tetesan darah melawan penjajahan dahulu, kini kembali berjuang untuk menempuh kehidupan yang layak. Itukah kemerdekaan? Bahkan bangsa ini lupa bagaimana cara berterimakasih.
Kembali kepada tujuan kemerdekaan untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip dari laman tirto.id bahwa angka kemiskinan di Indonesia per maret 2020 mengalami kenaikan menjadi 26,42 juta orang. Data ini memberi gambaran bahwa kita masih jauh dari kata kebahagiaan dan kemakmuran.
Tentu itu baru satu aspek, kita belum menilai melalui aspek yang lainnya tetapi sudah menunjukan ketidakmampuan dalam mewujudkan tujuan kemerdekaan. Dalam pembukaan UUD 45 misalnya, salah satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) jumlah anak Indonesia yang tidak bersekolah mencapai 4.586.332. Tempo.co (23/07/2019).
Tidak dapat dipungkiri, dalam mengurus suatu negara yang besar, kaya akan sumber daya alam, memiliki sumber daya manusia yang banyak tidaklah mudah. Akan tetapi wajarkah kita terus tertinggal setelah tujuh puluh lima tahun lamanya kita merdeka? Singapura yang baru berumur 55 tahun sejak merdeka pada 9 Agustus 1965 sekarang mulai menunjukan eksistensinya sebagai negara maju di kawasan Asia. Padahal jika dibandingkan dengan Indonesia dari segala lini sumber daya alam ibarat langit dan bumi yang sangat jauh perbandingannya.
Belum lagi isu intoleransi, separatisme, dan sebagainya yang semakin merongrong benteng kemerdekaan yang kokoh dibangun oleh para pahlawan bangsa. Lagi-lagi kita seolah gagal bahkan hanya untuk merawat warisan kemerdekaan. Padahal, secara historis bangsa ini dibangun oleh sendi kesatuan dalam keragaman namun ironisnya sekarang semangat itu seolah sudah mulai luntur termakan zaman.
Ada banyak problematika yang menghiasi selama tujuh puluh lima tahun kita merdeka, mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang lazim bagi sebuah bangsa besar seperti Indonesia. Namun, jika kita telaah lebih dalam dari segala aspek dan kekayaan yang kita miliki akan sampai pada satu kesimpulan yang sangat jauh dari kata wajar.
Terlepas dari itu semua, kurang etis untuk saling menyalahkan satu pihak atas realita yang terjadi. Bangsa ini bukan milik pemerintah, bukan pula milik golongan atau kelompok tertentu. Bangsa ini milik seluruh masyarakat Indonesia sehingga menjadi tanggung jawab kolektif terhadap setiap permasalahan dalam tatanan kenegaraan.
Mari kita jadikan Hari Kemerdekaan ke-75 ini sebagai satu momentum untuk merefleksikan tujuan kemerdekaan yang hendak kita capai, membangung kembali semangat persatuan dan merawat kemerdekaan menuju Indonesia yang lebih maju.
Selamat Hari Kemerdekaan! Ayo sambut masa depan lebih baik untuk Indonesia!
Penulis adalah pelajar yang beralamat di Kabupaten Buton.