Pengamat : NasDem Sultra Harus Evaluasi Diri, Perlu Usung Kader Tulennya

Foto : Wikipedia.id
Bacakan

Kendari, Inilahsultra.com – Pengamat politik Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Najib Husen menilai, masa depan Partai Nasional Demokrat (NasDem) di Sulawesi Tenggara (Sultra) tengah terancam seiring kekalahan Tony Herbiansyah di Pilkada Kolaka Timur (Koltim). Padahal, status Tony saat maju adalah incumbent.

Selain menjadi Bupati Koltim, Tony juga merupakan Ketua DPW NasDem Sultra.

-Advertisement-

Menurut Najib Husen, NasDem memiliki potensi bisa besar di Sultra mengingat kadernya saat ini, Gubernur Sultra Ali Mazi, merupakan orang NasDem.

“Hanya persoalannya hari ini tidak dikelola secara profesional sehingga menyebabkan partai ini tidak maksimal. Walaupun punya sebuah infrastruktur yang besar tapi tidak dimanfaatkan dengan baik,” kata Najib, Sabtu 13 Februari 2021.

Najib menyebut, NasDem harus segera mengevaluasi diri dan berkaca pada semua kegagalan yang terjadi.

Sebuah partai bisa besar jika mampu melakukan evaluasi secara maksimal atas kegagalan misi politiknya.

“Artinya, kita harus akui bahwa di tangan pak Tony, NasDem tidak terlalu berhasil, termasuk pak Tony sendiri (kalah di Pilkada Koltim). Sehingga perlunya kebesaran hati dari Pak Tony sendiri soal kegagalan ini. Padahal NasDem ini potensinya besar di Sultra,” imbuhnya.

Menurutnya, NasDem bisa besar ke depannya jika dipimpin oleh generasi baru yang tidak punya beban pekerjaan yang sangat besar.

Sebab, kata Najib, kesibukan lain seperti mengurus pemerintahan membuat pemimpin partai tidak terlalu militan menggerakkan roda organisasi partai.

“NasDem ini harus mulai dari nol, sehingga wajah baru menurut saya bisa diharapkan memimpin partai ke depan. Seperti Sudarmanto, ada Razak juga. Atau orang di luar NasDem juga bisa. Tinggal dilihat saja,” jelasnya.

Namun, lanjut dia, perkara memilih orang luar memimpin NasDem punya konsekuensi tersendiri. Belajar pengalaman selama ini, NasDem Sultra memiliki kecenderungan memilih ketua di luar kadernya namun akhirnya gagal dan tidak maksimal.

“Hasilnya bisa dapat sekarang bahwa ideologi partai tidak berjalan baik. Harusnya seorang pemimpin partai dikenal ideologi partai yang dipimpin. Tidak asal comot kiri kanan. Tapi ada sebuah chemistry atau kecocokan antara seorang calon pemimpin dan ideologi partai dianutnya,” katanya.

Untuk itu, jika NasDem Sultra ingin bersaing pada percaturan politik 2024, perlunya melakukan ideologisasi dan menata kembali terhadap nilai perjuangan NasDem.

“Partai sekarang harus berbenah dan menata kembali infrastrukturnya. Selama ini NasDem dikenal dengan ideologinya,” tuturnya.

Untuk mengembalikan ideologi kembali terbangun, pentingnya NasDem melirik kader tulennya memimpin partai.

Di DPRD Sultra, ada empat kader NasDem, yakni, Sudarmanto, La Ode Tariala, Syahrul Said dan Nur Sinapoy.

Namun, Najib lebih melihat potensi dari Sudarmanto yang selama ini dikenal paling loyal di partai. Sudarmanto merupakan anggota DPRD Sultra dua periode di partai yang sama dengan perolehan suara paling besar di partainya.

Selain itu, Sudarmanto juga kategori petarung karena berhasil memperoleh satu dari enam kursi di daerah pemilihan (dapil) Kota Kendari yang kebanyakan orang sebut dapil ‘neraka’.

“Sudarmanto ini memiliki loyalitas terhadap NasDem sehingga bisa dipertimbangkan untuk memimpin partai ke depan,” pungkasnya.

Penulis : Iqra

Facebook Comments
Like
Like Love Haha Wow Sad Angry