
Buranga, Inilahsultra.com – Masalah dugaan oknum pegawai Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kabupaten Buton Utara (Butur) arogan saat berkunjung ke sejumlah sekolah pekan lalu, kini sudah selesai. Hasil investigasi, tudingan arogan itu dianggap berlebihan.
Kepala Dinas Diknas Butur Kusman Surya mengatakan, sudah menggelar rapat dengan sejumlah pihak terkait. Termasuk menghadirkan Wakil Ketua DPRD Butur Sujono.
Bahkan, tambah Kusman, Sujono menilai oknum pegawai Diknas arogan itu dalam posisi benar.
“Kalau mau cek sama Pak Sujono silahkan konfirmasi kepada beliau,” kata Kusman saat dikonfirmasi via pesan WhatsApp, Senin malam 31 Oktober 2022.
Penyelesaian masalah itu, lanjut Kusman, diselesaikan dengan permohonan maaf. Bahkan, pihak guru dan kepala sekolah memaklumi sikap oknum tersebut memiliki tujuan yang baik.
“Menurut mereka tujuannya baik hanya cara yang tidak etis dan mereka sudah saling memahami dan memaafkan dan Pak Sujono juga sependapat sesuai hasil investigasinya,” terang Kusman.
Menurut Kusman, oknum pegawai Diknas itu berkunjung ke sekolah pekan lalu dalam rangka mempersiapkan administrasi pertanggungjawaban penerimaan tunjangan sertifikasi dan hak-hak guru lainnya. Selama ini pihak Diknas hanya menerima laporan lisan, sehingga oknum tersebut turun lapangan untuk memastikan bukti administrasi.
“Sebenarnya rencana bersama saya tapi saya keluar daerah,” ujarnya.
Meski sudah selesai, kata Kusman, tetap akan memberikan pembinaan kepada oknum tersebut. Sehingga persoalan yang sama tidak akan terulang lagi.
“Itulah yang harus saya bina dia untuk tidak melakukan seperti itu. Tapi saya kira hanya wajah yang susah dirubah kalau sifat Insha Allah akan berubah,” tulis Kusman diakhiri pesannya.
Sementara, Wakil Ketua DPRD Butur Sujono yang coba dikonfirmasi via telepon selularnya, Senin malam 31 Oktober 2022, tidak aktif.
Sebelumnya, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Buton Utara (Butur) Fajar Indra Idin angkat suara atas sikap arogan yang ditunjukan salah satu pegawai Dinas Pendidikan Butur saat berkunjung ke sejumlah sekolah di Kecamatan Kulisusu Utara beberapa hari lalu.
Fajar menceritakan, tindakan arogansi yang dipertontonkan oknum Dinas Pendidikan Butur itu sudah mengarah pada kekerasan verbal.
“Jadi kami dapat informasi dari teman-teman pengurus PGRI dari Kulisusu Utara ada terjadi insiden sejumlah guru di dua sekolah diperlakukan tidak manusiawi oleh oknum pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Atas kejadian itu membuat teman-teman guru merasa terintimidasi. Karena ini menyinggung soal guru maka PGRI sebagai lembaga merasa bertanggungjawab,” tegas Fajar kepada sejumlah wartawan di Warung Kopi Lorpas, Jumat malam 28 Oktober 2022.
Setelah isiden itu, lanjut Fajar, PGRI turun ke sekolah yang dimaksud untuk mengecek informasi tersebut. Keterangan yang didapatkan PGRI ternyata benar ada oknum pegawai Dinas Pendidikan yang turun ke sekolah tersebut tanpa alasan jelas.
“Tidak ditau apa tujuanya (kunjungan oknum pegawai Dinas Pendidikan Butur), dalam rangka apa,” beber Fajar.
Menurut Fajar, oknum pegawai Dinas Pendidikan Butur itu datang tanpa etika di sekolah. Pasalnya, saat kunjungan pada salah satu sekolah, meskipun ada guru di depan sekolah, oknum tersebut langsung masuk ke kantor tanpa memberi salam. Parahnya, oknum tersebut langsung masuk mengambil absen dan membukanya.
“Panggil guru, tanya segala macam dengan gayanya, sampai pukul-pukul meja. Jadi teman-teman guru itu dalam kebingungan, sempat ada yang tanya ada apa ini? Jadi pada saat ada teman guru tanya, oknum itu bertanya kenapa absen tidak diisi, kalian kemana. Karena biasa memang guru kadang-kadang tidak sempat absen,” tambahnya.
Tidak berhenti sampai disitu, lanjut Fajar, oknum tersebut juga mengeluarkan bahasa yang bernada mengancam, mengintimidasi, termasuk mengeluarkan bahasa sambil menunjuk guru dalam jarak yang dekat
“Sambil dia katakan kalian ini makan uang haram, gara-gara bahasa ini ada salah satu teman guru itu sampai kemarin kita temui di sana masih ada perasaan kaya deperesi begitu dan tertekan atas kejadian itu,” tandas Kepala SMAN 3 Kulisusu ini.
Makanya, tegas Fajar, PGRI tidak terima atas perlakuan oknum Dinas Pendidikan tersebut. Pasalnya, oknum itu sudah tidak memberikan contoh dan pembinaan yang baik.
“Sampai berlanjut lagi bahasa kalian tidak sadar saya yang gaji kalian, kan itu tanda tanya besar. Kenapa harus dia yang gaji,” ujarnya.
Fajar mengaku, secara kelembagaan PGRI merasa tersinggung dan tidak terima dengan perlakuan oknum pegawai Dinas Pendidikan tersebut.
Editor: Din