Kendari, Inilahsultra.com – Siska Karina Imran dipastikan sebagai Wakil Wali Kota Kendari setelah melalui proses pemilihan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari, Kamis 5 Maret 2020.
Siska memperoleh 19 suara dari total 35 suara di DPRD Kota Kendari. Ia unggul dari Adi Jaya Putra (AJP) Surunuddin yang mengantongi dukungan 16 suara.
Bagi Partai Amanat Nasional (PAN), pengusung utama Siska, kemenangan ini adalah pembuktian atas etika politik yang diingkari oleh Partai Keadilan Sejahtera.
“Ini sebuah keberhasilan dan kita mampu membuktikan melalui komunikasi yang baik bersama anggota dewan yang lain,” kata Ketua Fraksi PAN Irwan Sukma saat dihubungi Inilahsultra.com, Kamis 5 Maret 2020.
Irwan menyebut, pertaruhan eksistensi PAN salah satunya diuji dalam Pemilihan Wakil Wali Kota Kendari ini.
Sebab, kata dia, jabatan wakil sudah seharusnya menjadi hak partai berlambang matahari itu setelah Adriatma Dwi Putra (ADP) dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Kalau berbicara etika politik, harusnya milik PAN (wakil wali kota),” katanya.
Etika Politik PKS
Sebelum Siska memenangkan pertarungan terhadap AJP, proses Pilwawali Kendari melalui jalan panjang dan berliku.
PAN dan PKS adalah bagian dari koalisi partai politik yang panjang nan bersejarah. Kedua partai ini berhasil mengantarkan Asrun-Musadar Mappasomba sebagai Wali Kota Kendari dan Wakil Wali Kota Kendari dua periode.
Koalisi kembali terawat dengan baik dengan menduetkan ADP dan Sulkarnain pada Pilwali 2017 lalu.
Dalam perjalanan, ADP ditangkap KPK bersama tiga orang lainnya, salah satunya Asrun, ayah kandung AJP. Setelah ADP mendekam di jeruji KPK, kepemimpinan di Kota Kendari beralih ke Sulkarnain Kadir yang sebelumnya menjabat wakil wali kota.
Mulai berstatus Plt wali kota hingga defenitif menjadi Wali Kota Kendari, Sulkarnain tanpa pasangan kurang lebih setahun.
Keran pemilihan wakil wali kota sebagaimana amanah undang-undang kemudian dibuka dengan syarat, partai pengusung pada Pilwali Kendari sebelumnya rembuk.
Ada tiga partai yang kemudian duduk satu meja mendorong minimal dua nama untuk dibawa ke DPRD Kota Kendari untuk selanjutnya dilakukan pemilihan. Adalah PKS, PAN dan PKB.
PAN berharap, PKS memiliki etika politik soal jabatan yang kosong itu setelah PKB urung mengusung calon. Namun belakangan, PKS ngotot dan mendorong “orang lain”, Adi Jaya Putra untuk mendampingi Sulkarnain.
PAN sudah barang tentu keberatan. Sebab, koalisi mesra yang terbangun selama ini rontok dengan ambisi PKS yang tak menginginkan Siska sebagai calon wakil.
Setelah beberapa kali terjadi dinamika politik di internal pengusung, tiba saatnya pemilihan digelar di DPRD Kota Kendari setelah Sulkarnain menerima dua nama dari partai pengusung, PAN dan PKS : Siska Karina Imran dan Adi Jaya Putra.
Usai dipertimbangkan, kedua nama itu kemudian didorong Sulkarnain ke DPRD Kota Kendari untuk dilakukan pemilihan.
Pada 5 Maret 2020, pemilihan digelar. Siska Karina Imran unggul atas calon yang didorong oleh PKS.
Sementara itu, pengamat Komunikasi dan Pembangunan Universitas Halu Oleo Kendari, Najib Husen menyebut, kekalahan AJP merupakan kekalahan strategi dari PKS.
“Dengan menjadikan AJP sebagai figur PKS, bukan pilihan tepat. Karena ternyata, AJP itu bukan bagian dari Golkar. Harusnya suara dasar dari AJP adalah Golkar dan PKS, namun di akhir perjalanan kemudian kacau,” jelasnya.
Di kubu AJP tidak terjadi kekompakan karena mesin politik tidak solid dan AJP cenderung jalan sendiri mendapatkan dukungan partai. Sementara Siska memiliki mesin lebih solid, seperti PAN dan Gerindra sehingga bisa mempengaruhi pemilik suara yang lain.
Najib melanjutkan, dipilihnya AJP memicu gesekan tajam antara PAN dan PKS. Sebab, jabatan wakil seharusnya menjadi milik PAN sebagaimana berkaca dari koalisi sebelumnya.
“Harusnya tidak melalui voting dan bisa dilakukan DPRD periode sebelumnya. Namun karena PKS tetap ngotot maka berlanjut di pemilihan yang terjadi tadi,” tuturnya.
Minimalisir Dampak “Dua Matahari” Pemerintahan
Najib Husen berpandangan, seteru antara PAN dan PKS sudah pasti akan berlanjut di pemerintahan setelah Siska memenangkan pertarungan jabatan Wakil Wali Kota Kendari, jika situasi politik tidak dikelola dengan baik oleh Sulkarnain.
Sebab, dengan terpilihnya Siska, sudah pasti akan ada dua matahari di Pemkot Kendari meskipun kewenangan masing-masing diatur rigid dalam undang-undang.
“Selama Sulkarnain tidak bisa melakukan konsolidasi dan merapatkan kembali barisan sudah pasti akan berdampak pada pemerintahan,” kata Najib.
Ia menyebut, kebesaran hati kedua tokoh ini sangat dibutuhkan dalam menyikapi hasil pemilihan wawali yang baru kelar.
Ia juga memberikan catatan kepada Siska bahwa tidak ada salahnya sebagai wawali bertemu Sulkarnain dan menyatakan kesiapan untuk bekerja sama.
“Masing-masing harus bisa menurunkan tensi politiknya dan Siska harus cooling down dan lebih bagus ke depannya,” harapnya.
Menurut Najib, komunikasi ini kemungkinan besar bisa terjadi jika menilik sejarah koalisi PAN dan PKS meskipun saat ini dinamika politiknya cenderung berbeda.
“Yang kita pikirkan bukan hari ini, tapi ke depannya. Semakin dewasa menyelesaikan persoalan ini maka semakin memiliki nilai jual. Pemilihan hari ini merupakan bagian dari dinamika politik yang terjadi. Kita ingin agar pemerintahan ini berakhir dengan indah,” tuturnya.
Harapan yang sama juga disampaikan Irwan Sukma. Menurutnya, Siska akan membuktikan diri bisa mendampingi Sulkarnain dalam membangun Kota Kendari hingga akhir masa jabatan mereka.
Penulis : La Ode Pandi Sartiman