
Oleh : Wa Narfia
Kecemasan masih melanda Indonesia karena melonjaknya angka kasus harian covid 19 dan kasus kamatian covid 19 yang terus naik, dan kini akhirnya Indonesia menghadirkan dosis vaksin covid-19 yang langsung dari cina, inilah yang diharapan agar mampu melawan saat di serang covid-19, pemerintah banyak berharap dengan adanya vaksin covid 19 ini bisa memberikan titik terang dengan penyakit yang banyak membunuh ribuan umat ini . Dan akhirnya pemerintah Indonesia melakukan program vaksinasi covid 19 dan pada 16 desember 2020 lalu presiden jokowi menyatakan akan menggratiskan semua vaksin covid-19 untuk masyarakat Indonesia dengan harapan agar penyakit covid-19 ini menghilang.
Namun dibalik program vaksinasi covid-19 tersebut banyak kabar hoax vaksin yang bermunculan dimedia social tentang obat vaksin covid-19 ini. Beberapa kabar hoax yang memperlihatkan tentang kelumpuhan pada wajah setelah melakukan suntikan salah satu obat vaksin covid-19 namun dibalik kabar tersebut adalah kabar hoax yang diambil dari foto-foto yang diunggah di internet, kemudian beredar postingan dimedia social facebook yang menyebutkan bahwa penerima vaksin perdana meninggal dunia usai disuntik vaksin Pfizer dan kemudian kembali dilakukan penelusuran terhadap fakta yang terjadi, yang peryataan bahwa penerima vaksin perdana yang meninggal dunia itu adalah tidak benar dan kabar hoax lainnya adalah kabar yang dibagikan kembali di akun facebook yang menyatakan bahwa ada 48 orang meninggal dunia setelah disuntik vaksin covid-19 namun setelah ditelusuri bahwa kabar tersebut sengaja dibuat dan diedit oleh seseorang seolah-olah itu adalah betul, namun setelah dilakukan penelusuran dan aslinya adalah 48 orang yang meninggal tersebut akibat penyakit kardiovaskular bukan tewas akibat vaksin covid-19. Lalu kemudian berita hoax yang menyatakan bahwa vaksin Sinovac covid-19 yangakan disuntikan kepada warga hanya untuk kelinci percobaan, namun setelah diverifikasi bahwa gambar yang dicantumkan bukanlah kemasan vaksin Sinovac yang akan disuntikan kepada warga , melainkan kemasan vaksin yang khusus digunakan untuk uji klinis. Sementara vaksin sinivac yang akan digunakan untuk vaksin memiliki kemasan yang berbeda, tidak ada tulisan “only for clinical trial”. Selain itu berita hoax yang menayangkan video para santri yang mendadak sakit setelah menerima vaksin, dan kembali dilakukan penelusuran dan ternyata tayangan video tersebut adalah peristiwa yang terjadi pada tahhun 2018 yang sengaja diedarkan oleh oknum tertentu dengan kondisi saat ini terkait vaksin. Dalam video tersebut bukan sakit mendadak melainkan dehidrasi efek setelah mendapatkan imunisasi difteri. Para santri sembuh dan dipulangkan setelah dirawat selama lebih kurang sehari. selain itu yang lebih parah lagi saat setelah presiden jokowidodo menjadi orang pertama di Indonesia yang divaksin pada tanggal 13 januari 2021 banyak yang tersebar kabar hoax bahwa yang digunakan presiden adalah buatan eropa dan yang disuntikan adalah bukan vaksin covid-19 berbeda bahakan dikira adalah vitamin biasa. Dan parahnya lagi berita-berita hoax tersebut terus membanjiri laman media social.
Bisa jadi Konten-konten yang menyesatkan ini menjadi pelindung bagi pihak yang menolak program vaksinansi yang dilakukan pemerintahan. Hal seperti ini yang seharusnya dicegah dan pemerintah harus tegas dalam menyikapi kabar hoax dalam program vaksinasi di Indonesia akibat dari beberapa kabar hoax tersebut membuat banyak spekulasi dari beberapa pihak yang mengganggap bahwa vaksin covid-19 ini berbahaya.
Terkait dengan banyaknya kabar-kabar hoax dalam program vaksinasi covid-19 di Indonesia ini membuat banyak aksi penolakan, beberapa pihak pun menolak dengan berbagai macam cara alasan, ada yang percaya dengan kabar hoax dimedia sosial tersebut dan ada juga yang menolak dengan dasar argument yang cukup rasional sehingga mereka menolak melakukan suntik vaksin covid-19. Namun dari penolakan oleh sebagian masyarakat pemerintah juga telah melakukan survey nasional tentang penerimaan vaksin covid-19. Survei berlangsung pada 19-30 September 2020 dengan tujuan untuk memahami pandangan, persepsi, serta perhatian masyarakat tentang vaksinasi COVID-19.Pada pelaksanannya, dari hasil survei tersebut mengumpulkan tanggapan lebih dari 115.000 orang, dari 34 provinsi yang mencakup 508 kabupaten/kota atau 99 persen dari seluruh kabupaten/kota.Hasil survei menunjukkan bahwa tiga perempat responden menyatakan telah mendengar tentang vaksin COVID-19, dan dua pertiga responden menyatakan bersedia menerima vaksin COVID-19. Namun demikian, tingkat penerimaan berbeda-beda di setiap provinsi, hal ini dilatar belakangi oleh status ekonomi, keyakinan agama, status pendidikan serta wilayah. ***
Penulis adalah Mahasisswa Jurusan Jurnalistik, UHO