
BAUBAU/inilahsultra.com- Eksistensi masyarakat adat Bugi di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio Kota Baubau masih terus terjaga. Masyarakat adat yang masih dipimpin seorang Parabela ini, terus melestarikan berbagai ritual. Salah satunya adalah Pasengka.
Pasengka adalah sebuah ritual memindahkan penghuni gaib pada sebuah kawasan perkebunan.
Rabu (8/3/2017), sekelompok masyarakat adat Bugi melakukan ritual itu di hutan adat Pangana dan Waramba. Ritual dilakukan sebelum masyarakat adat menempati kembali lahan kebun yang sudah puluhan tahun ditinggalkan.
“Jadi kita lakukan ritual itu supaya menyampaikan kepada penghuni gaib disana bahwa kita akan adakan kegiatan. Supaya penghuni disana bisa mencari tempat lain,” kata salah satu tokoh adat Bugi, Hamid kepada inilahsultra.com saat turun dari gunung.
Dalam ritual Pasengka, beberapa warga membawa Ngkaringkari (tempat makan). Ngkaringkari itu diisi sejumlah bahan makanan seperti nasi dan ikan, serta beberapa kebutuhan lain seperti pinang, siri, kapur, pucuk enau dan tembakau.
“Harapan kita, setelah penghuni disana makan, mereka akan nenghindar. Kalau mereka tidak menghindar, mereka tidak boleh terganggu dengan kegiatan kita karena sudah disampaikan sejak awal. Dan kemudian masyarakat kita tidak boleh diganggu,” tutur Hamid.
Ritual Pasengka, lanjut Hamid, sudah dilakukan secara turun temurun setiap akan membuka lahan pertanian baru dan tiap tahun. “Ini sudah turun temurun,” timpal tokoh adat lain, La Maria.
Hutan adat Pangana memiliki sejarah tersendiri. Pangana dalam bahasa disana berarti pinang. Diberi nama itu karena pada zaman kerajaan dulu setiap warga disana diperintahkan menanam 300 pohon pinang. Makanya sampai saat ini masih dikenal dengan istilah pinang 300.
“Memang dulu di zamam kerajaan kita disuruh tanam ini pinang karena orang makan siri. Makanya banyak tanaman pinang dulu,” ujar Hamid. (M)