Ikan Tuna Sultra Sering Ditolak Pasar Luar Negeri, Peneliti UHO Punya Solusi

Suasana simposium pembangunan maritim di Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Kendari, Inilahsultra.com – Sejumlah peneliti  mengemukakan ide penerapan zona  waktu perburuan ikan Tuna di Laut Banda saat Simposium Pembangunan Maritim di Wakatobi 10 November lalu .

Opsi ini ditawarkan peneliti ke pemerintah setelah melihat kondisi miris pasar ekspor Tuna di luar negeri.  Peruntungan ikan Tuna selama ini tak begitu baik ketika memasuki pasar ekspor.

Padahal di kawasan Laut Banda produksi ikan jenis ini melimpah ruah. Tapi hasil tangkapan ikan yang masuk dalam genus Thunnus ini kerap gagal menembus pasar luar negeri.

-Advertisement-

Penyebabnya, ukuran ikan tuna tangkapan nelayan lokal banyak yang tak sesuai standar ekspor.  Jangankan di pasar internasional, di pasar lokal hasil perburuan ikan laut pelagik ini banyak yang mubazir dan  nilai jualnya anjlok.

Menurut sejumlah peneliti yang hadir dalam agenda Simposium Maritim di gagas Pemkab Wakatobi, perburuan ikan tuna yang tidak tepat waktu punya korelasi dengan kualitas tangkapan.

Inilah mengapa ada baiknya pemerintah mempertimbangkan usulan penerapan regulasi periode waktu penangkapan ikan.

Seperti diutarakan peneliti muda Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sri Eka Agusliana M. Dalam pemaparannya, mahasiswa pascasarjana UHO ini menganggap penerapan zonasi waktu lebih tepat dibanding zonasi ruang di perairan Laut Banda guna mendongkrak ekonomi nelayan lokal.

“Saya lebih dipilih ada zonasi waktu dibanding zonasi ruang. Penangkapan ikan di waktu yang tepat, bisa mendorong kesejahteraan bersama masyarakat nelayan dan menyelamatkan di kawasan Laut Banda. Ikan yang ditangkap ibaratnya sudah tepat masa panen berpengaruh ke ukuran kualitas. Kalau ditangkap di masa reproduksi bisa mengancam populasi ikan,” jelas  Sri Eka.

Zonasi waktu  penangkapan ikan, punya banyak manfaatkan. Selain berimbas pada nilai jual produksi ikan tangkapan, perburuan ikan tepat di waktu panen yang pas bisa menyelamatkan populasi ikan.

Ide ini, lanjut Eka relevan dengan konsep pengelolaan laut yang dibahas dalam simposium. Dimana Pemkab Wakatobi ini mengajak sejumlah kabupaten/kota yang berada di jalur strategis  perairan Laut Banda duduk bersama membahas tata kelola Kawasan Laut Banda secara terpadu demi mendorong akselarasi pembangunan di segala sektor.

“Zonasi waktu ini tidak hanya menyelamatkan populasi  ikan. Tapi mendukung kesehteraan bersama masyarakat yang bergantung hidup dari hasil Laut Banda. Seperti disampaikan Pak Prof La Sara, hasil ikan tuna kita berton-ton tapi tidak bisa di ekspor. Nelayan rugi,” ujar Sri Eka.

Namun begitu, ide penerapan zonasi waktu masih butuh kajian dan penelitian lanjutan sebelum dieksekusi menjadi regulasi. Pasalnya, belum ada penelitian spesifik  kapan bulan yang tepat perburuan ikan tepat agarmencapai kualitas dan kuantitas maksimal.

“Penelitian saya tahun 2016 dari bulan April sampai Juni di Laut Banda fokus ke hubungan antara parameter oseanografi suhu permukaan laut hubungan dengan ukuran dan hasil tangkapan ikan tuna. Mesti ada penelitian lanjutan untuk penentuan periode waktu penangkapan ikan,” jelasnya.

Masih dalam tema pengelolaan Laut Banda, Prof La Sara menyatakan dari hasil penelitiannya  diketahui masa reproduksi ikan tuna berada di rentang waktu  Oktober-Desember. Pada periode ini, akademisi UHO ini berharap aktifitas penangkapan ikan ditekan agar tidak mengganggu pertumbuhan populasi ikan tuna di perairan Laut Banda.

Penulis: Siti Marlina
Editor  : Jumaddin Arif

Facebook Comments