Urban Farming Ala BI : Strategi Peningkatan Kesejahteraan dan Pengendalian Inflasi

Kepala Perwakilan BI Sultra, Suharman Tabrani menyerahkan bantuan pada Kelompok Wanita Tani (KWK) yang tergabung dalam program Mas Kendari. (Foto BI Sultra)

Kendari, Inilahsultra.com – Selama dua hari berturut (5-6 Agustus 2019), Kantor Perwakilan Bl Provinsi Sulawesi Tenggara berkerja sama dengan Pemerintah Kota Kendari melakukan pelatihan urban farming kepada 45 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam program Mas Kendari.

Kegiatan ini dibuka Asisten I Kota Kendari, Makmur dan turut dihadiri Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Tenggara, Suharman Tabrani, Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari, Siti Ganef dan Kepala Dinas Pangan Kota Kendari, Nismawati.

Mas Kendari atau Masyarakat Kenali dan Sadar Inflasi merupakan suatu program yang direncanakan bersama Bank Indonesia dan Pemerintah Kota Kendari sejak Oktober 2018.

-Advertisement-

Kegiatan tersebut merupakan suatu upaya untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengendalian inflasi. Salah satunya melalui upaya produksi bahan pangan secara mandiri untuk memperbesar pasokan. Bahan pangan yang dipilih adalah komoditas sayur-sayuran. Dimana komoditas ini menjadi salah satu penyumbang inflasi di Kota Kendari.

Tahun 2018, pengembangan program ini dilakukan pada 1 1 KWT yang menjadi pilot project di 1 1 Kecamatan di Kota Kendari. Kegiatan berfokus pada pertanian di lahan terbatas atau urban farming untuk memanfaatkan lahan lahan perumahan masyarakat yang tidak terpakai. Dimana budidaya sayur dilakukan secara organik.

Melihat trend perkembangan inflasi komoditas sayur-sayuran di Kota Kendari, terlihat adanya hasil yang positif terhadap pengendalian infiasi.

Pada Juli 2019, beberapa komoditas sayuran yang kerap kali menjadi penyumbang inflasi seperti bayam, kangkung, sawi, tomat sayur dan cabai sudah lebih terkendali dan menjadi faktor penghambat tekanan inflasi di Kota Kendari.

Sebagai contoh sayuran bayam pada Juli 2019 mengalami deflasi sebesar 6,42 0/0 mtm, sementara pada Juli tahun sebelumnya justru mengalami inflasi sebesar 1 6,37 0/0, mtm. Contoh lainnya adalah cabai rawit yang hanya mengalami inflasi sebesar 1 7,48 0/0 mtm pada Juli 2019, sementara pada tahun sebelumnya mengalami inflasi yang sangat tinggi mencapai 63,94 0/0 mtm.

Melihat perkembangan dan respon positif atas kesuksesan kegiatan yang telah berlangsung pada pilot project, tidak hanya inflasi sayuran yang terkendali namun pendapatan ibu-ibu penggiat KWT pun turut meningkat. Tak hanya itu saja, hasil panen pun telah langsung dipesan oleh pembeli.

Menyikapi hal tersebut, BI pun melakukan perluasan program Mas Kendari dengan penambahan sebanyak 34 KWT yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Kendari.

Adanya pengembangan tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang jauh lebih besar terhadap terkendalinya harga sayur-sayuran di Kota Kendari.

Pengembangan Mas Kendari sendiri searah dengan kebijakan Walikota Kendari, Sulkarnain yang mendorong terciptanya one village one product. Dengan begitu Mas Kendari akan diperkaya dengan karakteristik tanaman yang cocok untuk masing-masing daerah.

Selain memiliki dampak terhadap pengendalian inflasi, pelaksanaan kegiatan Mas Kendari ini juga telah mampu mendorong perekonomian pada anggota KWT tersebut. Saat ini, para KWT tersebut telah mampu memproduksi sayur-sayuran secara organik dengan hasil yang baik dan ekonomis sehingga mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Bahkan memberikan penghasilan tambahan bagi para pelaku anggota Mas Kendari karena dapat melakukan penjualan hasil panen ke masyarakat sekitarnya.

Di sisi lain, penggunaan limbah rumah tangga sebagai pupuk tanaman juga dirasakan dapat mengurangi masalah sampah yang ada di Kota Kendari.

Pelatihan urban farming kepada 45 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam program Mas Kendari ini menghadirkan pakar Pertanian Organik, Dr. Ir. Nugroho Widiasamadi, Dipl. WRD, M. Eng dari Ansa School Semarang.

Pakar tersebut akan melatih peserta mengenai cara bertani yang benar pada Iahan terbatas. Termasuk cara pembuatan pupuk organik yang ramah lingkungan, murah, dan dapat diproduksi sendiri. Selain kegiatan pelatihan, juga dilakukan pemberian bantuan kepada 45 KWT yang terdiri dari bantuan pupuk, polybag, benih tanaman, harameter dan dekomposer MA-1 1 yang diberikan kepada masing-masing KWT.

Penulis : Siti Marlina

Facebook Comments